Chapter 386 - 386. club De Luxe bag6. Akhir dari Lelang

"Sorry, aku terlambat Tuan ku.." kata Bianca centil dengan mengedipkan salah satu matanya pada ketiga pria tampan yang ada di depannya.

Tangan kanan Bianca yang memegang pistol, dengan cekatan ia arahkan pada sekelompok pria beratribut. Tembakan beruntun ia lepaskan dengan wajah gentar tanpa rasa takut sedikitpun. Bianca justru terlihat sdang menikmatinya, seperti wanita yang sedang haus akan darah. Permainannya sungguh tidak berperasaan dengan mengarahkan pistolnya tepat di area vital.

Dalam sekejap musuh tumbang di tangannya meski Ludius dan yang lain ikut andil dalam membereskan sekelompok pria beratribut. Sistem keamanan yang sudah berhasil di non aktifkan oleh Zain membuat Bianca bisa masuk ke dalam ruang penyimpanan secara lebih leluasa.

"Tuan ku, apakah kau baik-baik saja?". Tanya Bianca berlagak cemas dan menghampiri Ludius dengan tatapan yang menunjukkan tidak berdaya. Bibir serta pakaian seksi membuat Ludius merasa enggan untuk di dekati wanita seperti Bianca. Padahal dulunya Ludius adalah pemain yang handal. Bukankah kebiasaan Ludius sudah benar-benar berubah?!.

'Arggh, wanita ini.. apa dia sudah bosan hidup?' batin Ludius menggerutu melihat Bianca sudah ada di sampingnya sambil menarik lengan kanannya. Apalagi setelah melihat wajah Bianca yang penuh binaran air mata kepalusan, semakin membuat Ludius ingin menyingkirkannya saat itu juga.

Tapi ketika Ludius menyadari kalau Bianca bukanlah orang biasa, ia harus berpikir 10 kali jika ingin menyingkirkan wanita berbisa itu. Apalagi orang seperti Bianca sudah mengetahui 40 persen titik masalahnya yang saat ini sedang di jalani Ludius. Tentu saja Ludius harus hati-hati meski Bianca sudah banyak membantunya dari belakang.

Tangan Bianca yang menyentuh wajah Ludius, ia tepis lalu di balas dengan cekalan yang begitu kuat. "Sekretarisku Bianca Luze, apa kau ingin bermiain-main denganku? Kita masih di sarang musuh, lebih baik kita kembali, atau kau akan TINGGAL NAMA DISINI!". Balas Ludius dengan penekanan dan sorot mata tajam di akhir kalimatnya.

Bianca seketika menarik tangannya dari cekalan Ludius, rupanya dia masih punya rasa takut juga pada gertakan yang di buat Ludius. "Kita akan kembali.." ujar nya sambil mengalihkan padangannya dan pergi dari tempat tersebut.

Mind control sudah berhasil Zain ambil, karena musuh sudah berhasil di tumbangkan. Ludius memerintahkan semua anggotanya menarik diri dari medan pertarungan untuk kembali ke titik awal melalui jalan rahasia yang mereka lewati saat masuk kedalam gedung, memanfaatkan kabut asap tebal yang masih membumbung tinggi. Mungkin sebentar lagi tempat bernama Club De Luxe akan meledak jika tidak di lakukan penanganan selanjutnya.

Ludius memiliki akses jalan rahasia yang dikirimkan Zain padanya, sebuah jalan darurat yang langsung menghubungkan dengan lantai dasar. Beruntung Zain adalah seorang hacker, semua pengaman sudah di sabotase untuk jangka waktu 4 jam ke depan.

-

Dalam waktu kurang lebih 10 menit, semua orang melakukan pelarian dari gedung De Luxe  dalam keadaan selamat meski beberapa terluka tembak. Di sebuah tempat tersembunyi, Ludius mengambil alih mempimpin pasukan nya.

"Waktu sudah malam, seluruh anggota kembali ke Markas. Bagi yang terluka langsung menghadap ke petugas medis, paham!". Kata Ludius tegas dan lantang.

"Yes Master!". Balas beberapa anggota dengan tegas. Mereka saling bahu membahu membantu berjalan menuju mobil yang sudah di parkirkan di tempat aman.

Ludius sendiri langsung pergi tanpa memperdulikan Bianca atau yang lain. "Terima kasih untuk malam ini, kalian boleh kembali, ini sudah larut malam." Kata Ludius tanpa memandang wajah mereka, dan berlalu begitu saja, bagai angin yang baru saja berhembus.

"Tunggu Tuan Lu.. kau melupakan sesuatu!". Teriak Bianca mencegat Ludius.

Ludius menoleh dengan tatapan yang tidak bersahabat. Dia terlihat cukup marah dengan panggilan Bianca. "Apalagi yang kau inginkan sekretarisku?". Tanya Ludius dengan senyum seringai, namun hatinya sebenarnya sangat dongkol jika melihat Bianca.

"Kau melupakan barang penting milikmu.." ujar Bianca, ia melangkah mendekat dan memberikan sebuah kotak persegi dengan sebuah botol berisi suatu zat dan beberapa sistematis pemakaiannya. "Bukankah ini barang yang anda cari, dan sorry, aku tidak bisa berhasil mendapatkan chipnya.." kata Bianca masih dengan sikap centilnya mengedipkan salah satu matanya.

Ludius mengambil barang tersebut dan llangsung berbalik membelakangi Bianca. "Aku akan memberikan komisi lebih atas misi kali ini Nona Bianca. Kau tidak perlu khawatir akan hal itu. Kembalilah.. ini sudah larut malam." Katanya sambil terus melangkah tanpa menoleh ke belakang.

Bianca yang di perlakukan seperti itu oleh Ludius sedikit kesal, hatinya ingin sekali menelan hidup-hidup pria acuh dan dingin Ludius. Bagi Bianca, baru Ludius seorang yang berhasil bersikap selalu berubah-ubah, seolah sedang mempermainkannya. Kadang mengikuti permainannya kadang acuh bagai pria berhati dingin.

"Menyebalkan, kau tunggu saja Ludius. Aku tidak terima jika seorang Bianca Luze di permainkan seperti ini oleh sasarannya sendiri!". Gerutu Bianca sambil menggigit bibirnya geram.

Kaki Bianca di hentakkan dengan berbalik arah meninggalkan mereka, pergi seorang diri seperti seorang wanita yang sedang merajuk. Zain yang melihat tidak tega membiarkan Bianca seorang diri,

"Aku akan mengantarmu kembali!". Seru Zain, ia menjajari langkah Bianca dan menarik lengan wanita itu, membawanya menuju mobilnya.

Wangchu yang melihat pemandangan drama di depaannya hanya bisa berdecis. "Cih! Drama queen dari Bianca Luze. Aku yang sudah bermain dengan banyak wanita, Bianca Luze cukup menarik juga.. dia bisa masuk dalam dua permainan pria sekaligus. Hmm..." gumamnya sambil memanggut-manggutkan kepala di teruskan pergi menuju mobilnya dan kembali.

-

#Mansion Lu

Setelah masalah di lelang gelap terselesaikan dan Ludius mendapatkan sampel lengkap serta prosedur dari mind control Psycotronic, ia langsung kembali ke Mansion dan menuju kamar untuk menemui istri tercintanya.

Tiba di depan pintu, Ludius membuka pintu secara perlahan, karena khawatir akan membangunkan istrinya. Begitu pintu kamar di buka, ia masuk tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, melangkah mengdekati istrinya yang tidur dengan posisi miring membelakanginya.

"Selamat malam sayang.." kata Ludius sambil mengecup ujung kepala Silvia.

Sepertinya Silvia tidur dengan lelap, itu sedikit mengurangi beban Ludius yang saat ini masih di bayangi beberapa insiden yang baru saja terjadi dengan begitu cepat dan beruntun. Seolah semuanya sudah di setting sedemikian rupa dan di kendalikan oleh seseorang dari suatu tempat yang Ludius tidak ketahui.

Ludius berbalik arah, namun sepertinya kedatangannya sudah di ketahui oleh Silvia. Terbukti istri Ludius yang cukup peka dengan keadaan suaminya langsung terbangun begitu Ludius memasuki kamar.

"Kau sudah kembali, suamiku? Bagaimana keadaannmu, apa kau baik-baik saja? Mengapa ada begitu banyak bekas darah di kemeja hitammu?". Cecar Silvia, membuat Ludius mengehentikan langkahnya.