Azell tidak menghiraukan Ludius sementara itu ia pergi menemui Ibunya. Tangan mungil Azell memegang wajah Shashuang dan mengusap air mata Ibunya dengan kedua tangannya. Perlakuan Azell Shashuang balas dengan kedua tangannya yang menangkup di atas tangan mungil putranya.
"Azell, Papamu ingin membawamu pergi, Sayang? Dia tidak mengizinkan kamu hidup bersama Mama. Padahal kamu adalah satu-satunya Putra satu-satunya yang Mama punya.." Shashuang menangis sesunggukan di depan Putranya, ia sudah tidak memikirkan rasa malu lagi. Baginya mendapat simpati Azell adalah yang paling utama.
"Mama, jangan menangis. Azell selalu ada disini untuk Mama. Hanya saja Azell tidak percaya kalau Papa tidak menginzinkan Azell bertemu Mama, kecuali kalau Mama melakukan sesuatu lagi yang membuat Papa marah.." tukas Azell,
"Azell, nak.. bagaimana kamu bisa berbicara seperti itu pada Mama?". Tanya Shashuang dengan tatapan nanar. Ia tidak percaya Putranya bisa berbicara seperti itu pada dirinya.
"Ayo, Mama berdiri dulu. aku tidak mau melihat Mama sedih seperti ini.." Azell dengan bijaknya membantu Shashuang berdiri dari posisinya saat ini, yang terduduk lunglai di lantai. Setelah Shashuang
Perasaan Azell memang terluka melihat keadaan Mamanya terpuruk dan putus asa atas perasaan dan perlakuaan Papanya, tapi bukan berarti membuat Azell tidak bisa menilai apa yang sedang terjadi sebenarnya. Di tambah lagi ia sangat tahu bagaimana karakter dari Mamanya yang diam tapi memendam ambisi yang tidak terlihat.
"Azell, bahkan saat ini kamu tidak mempercayai Mama, Sayang? Ya Tuhan.. mengapa anakku juga kau ambil dari sisiku. Ini tidak adil.." keluh Shashuang.
Ludius yang berjongkok berdiri dan menghampiri Azell, ia tahu Putranya akan mampu bersikap bijaksana menyikapi masalah ini. Meski begitu, Ludius tidak ingin Azell terlalu menunjukkan kecerdasan dan kebijaksaannya terlebih di depan Shashuang. Karena Azell tetaplah masih anak-anak.
Dengan posisi berdiri di depan Azell, Ludius mengusap-usap lembut kepala Putranya dengan sedikit ketegasan. "Azell, jangan mengatakan atau menanyakan apapun lagi pada Mamamu. Biar Papa yang mengurus hal ini. Pagi ini Papa ingin mengajakmu bertemu Bunda, apa Azell mau ikut?". Tanya Ludius.
"Ugh Papa, Azell bukanlah anak kecil lagi. Berhenti mengacak-acak rambutku.." kata Azell, tangannya menghentikan perlakuan manja Ludius padanya.
"Jadi, Azell mau ikut Papa tidak untuk pergi bersama Silvia?".
"Tentu, Azell mau pergi bersama Bunda.." namun mata Azell berubah masam begitu tertuju pada Shashuang. "Lalu bagaimana dengan Mama? Haruskah Azell pergi jalan-jalan sementara Mama masih bersedih karena kelakuan Papa?". Ujar Azell sambil melirik tajam ke arah Ludius.
"Bolehkah aku ikut, Ludius.. aku janji tidak akan menyusahkan kalian.." Celetuk Shashuang dengan mata berbinar. Menunjukkan betapa ia adalah waniita tak bersalah.
"Maaf Shashuang, untuk kali ini aku tidak bisa membawamu ikut bersama kami. Tapi aku janji suatu saat akan meluangkan waktuku untuk bersamamu dan Azell.."
Shashuang menundukkan wajahnya, ia diam sambil menggertakkan giginya. 'Jadi begitu, kau tidak hanya mempermalukanku didepan Azell tapi juga membuatnya berpikir bahwa aku seorang Ibu yang kejam dan ambisius. Kau memang berhati dingin Ludius. Lalu untuk apa 8 tahun aku bersabar dan menunggu, jika hasilnya justru merugikanku? Lalu sekarang apa yang tersisa untukku?'. Batin Shashung, ia hanya bisa diam tanpa bisa melawan balik.
Ia mengangkat wajahnya dengan senyuman yang di paksakan. "Tidak masalah, kalian pergilah. Azell jaga diri baik-baik, Mama akan disini menunggu Azell pulang. Ok..". kata Shashuang memegang dagu Azell.
Azell adalah seorang anak yang cerdas dan cukup peka terhadap keadaan sekitar, ia tahu hati Shashuang sedang dalam keadaan tidak stabil, namun Ludius sepertinya tidak menyadari itu, atau memang tidak peduli pada Shashuang.
'Bagaimanapun, dia adalah Mama. Sejahat apapun Mama, aku tahu hati Mama sangatlah rapuh. Apa yang harus aku lakukan untuk menyelesaikan masalah kalian para orang dewasa.. arrghh.. benar-benar merepotkan!'. Batin Azell, ia yang pusing terhadap permasalahan para orang dewasa mengacak-acak kepalanya.
Kelakuan Azell mendatangkan pertanyaan dari Ludius. "Azell, ada apa denganmu? Apa kau tidak ingin ikut Papa karena sikap Papa yang mengacuhkan Mamamu?".
Pertanyaan Ludius selalu saja tepat sasaran. Ayah dan anak ini memang memiliki kemiripan dalam hal karakter, membuat Ludius memikirkan masa lalunya sendiri. 'Apakah aku seperti ini dulunya? Kadang memiliki kecerdasan dan kepekaan di usia dini itu juga mengerikan. Sepertinya aku memang tidak bisa menghindarinya. Baikah..'. Ludius memikirkan baik-baik keputusan yang harus di ambil. Ia hanya tidak ingin Azell memiliki sifat keras dan pendendam jika terus di biarkan seperti ini.
"Baiklah, Papa menyerah. Kamu ajak saja Mamamu untuk ikut berlibur pagi ini. Kalian bersiap-siaplah. Dan ingat satu hal.." sorot mata tajam Langsung Ludius tunjukkan pada Shashuang. "Jika sampai ada hal ganjil dan itu ternyata darimu. Aku pastikan takkan memaafkanmu, Shashuang. Tidak peduli jika Azell membelamu sekalipun."
Ludius menghela napas dalam-dalam, ia memasukkan kedua tangannya kesaku sambil melangkah pelan ke ruang depan sambil menunggu mereka bersiap-siap.
"Terima kasih Pa.. Papa memang yang terbaik.." Seru Azell dengan suara keras. Ia terlihat senang mendengar Shashuang juga diajak ikut berlibur bersama Ludius. Sebijak apapun Azell, tetaplah dia seorang anak berusia 5 tahun.
Azell menggenggap tangan Shashuang dan membawanya berlari menaiki tangga menuju kamar mereka untuk bersiap-siap. Ludius yang berbalik arah dan melihat tawa dan senyum Azell merasa bahwa. 'Ini tidak buruk juga. Hanya saja bagaimana tanggapan Silvia nanti ketika tahu ada Shashuang juga yang ikut bersama mereka? Membayangkannya saja sudah membuatku pusing. Apa sebaiknya aku menghubungi Julian. Semoga dia tidak sedang sibuk di kantor..'
Ludius mengambil ponselnya di saku dan menelpon Julian untuk mengajaknya berlibur bersama, anggap saja ini memberikan Julian waktu untuk bisa lebih dekat dengan Shashuang.
Drrrt.. drrt..
["Halo Ludius, ada apa kau menelponku sepagi ini?"]
["Tidak ada masalah apapun. Aku akan berlibur bersama Silvia dan yang lainnya. Aku harap kau mau ikut bersama kami, kebetulan Shashuang juga ikut dan dia belum menemukan pasangannya. Aku harap.."] belum selesai Ludius berbicara sudah di potong terlebih dahulu oleh Julian.
["... cukup1 aku tahu apa maksudmu. Kau menginginkan ku untuk mendampingi Shashuang saat liburan kali ini agar dia tidak membuat onar, bukan?"] perkataan Julian begitu mendasar membuat Ludius terlihat sebagai pria yang sedang memanfaatkan orang lain demi kepentingannya sendiri.
["Apa yang kau bicarakan, aku hanya ingin kau lebih dekat dengan Shashuang. Hanya itu saja, tidak lebih.."]
Lama Julian terdiam, setelah itu dari ponsel terdengar suara hembusan napas pelan.
["Baiklah, aku akan ikut dengan kalian, setidaknya Silvia bisa menikmati waktunya.."]