Setelah menelpon Julian dan menyetujui untuk ikut dalam liburan, kali ini Ludius juga bisa menghela napas lega. Ia tahu dapat mempercayakan Shashuang pada Julian yang memang seorang pria yang bertanggung jawab.
20 menit telah berlalu. Azell turun bersama Shashuang yang sudah berganti pakaian. Azell memakai celana kaos dan jaket yang menutupi kepalanya, dengan gembira berlari kecil menghampiri Ludius. "Papa.. Azell dan Mama sudah siap, ayo kita berangkat." Seru Azell berlari kecil dari arah tangga di susul Shashuang yang ada di belakangnya. Shashuang sendiri memakai dress panjang, meski ia tidak tahu Ludius akan membawanya kemana. Ia hanya tahu pakai saja pakaian terbaiknnya demi Ayah dari Azell yang sudah ada tepat di depan matanya.
"Kalian sudah siap?" tanya Ludius, ia masih berdiri mennunggu mereka selesai bersiap.
"Sudah Pa. Ohya, memangnya Papa akan membawa kami kemana? Azell penasaran nih." Ujar Azell sambil mengangkat salah satu alisnya dengan tangan menyangga wajahnya.
"Rahasia. Sstt.." Ludius menunjukkan jari telunjuknnya di bibir sambil mengedipkan salah satu matanya usil. "Kita berangkat sekarang.." Ludius menggandeng tangan Azell.
Shashuang yang ada di belakang mereka mengejar dan berjalan menjajari Azell hingga bisa keluar bersama ke depan mansion. "Azell, kita sudah seperti keluarga, ya? Andai ini berjalan selamanya." Gumam Shashuang yang terdengar oleh Azell, membuat anak itu melihat ke arah Shashuang datar dan di balas dengan senyuman hangat layaknya orang tua dari Shashuang.
Karena tidak ingin membuat Silvia salah paham, sudah ada mobil di samping bugati sharon miliknya beserta sopir yang di tugaskan Ludius untuk mengantar Shashuang. Ketika Shashuang akan membuka pintu mobil Bugati Sharon, Ludius terlebih dahulu menegurnya.
"Shu, Aku sudah menyiapkan mobil lain dan sopir untuk mengantarmu." Tegur Ludius.
Tangan Shashuang terhenti, ia mengalihkan pandangannya ke arah Ludius. "Tapi mengapa aku harus berbeda mobil denganmu, Ludius?". Tanya Shashuang dengan mengeryitkan keningnya.
"Aku hanya tidak ingin Silvia salah paham dengan hal ini. Dia sedang mengandung, aku tidak ingin membuatnya merasa tidak nyaman ketika melihat kita bersama." Balas Ludius tanpa memandang tatapan Shashuang.
"Baik, kau memang begitu! Ayo Azell kamu ikut mobil Mama." Shashuang sepertinya marah. Ia menarik Azell dan membawanya ke mobil yang ada di samping Bugati Sharon.
"Nyonya, mari.. saya di tugaskan Tuan untuk mengantar anda." Kata Pak Sopir, ia membukakan pintu mobilnya dan mempersilahkan Shashuang masuk.
"Berhenti banyak bicara. Berangkat sekarang!". Sentak Shashuang, ia kelihatannya emosi bahkan tidak memperdulikan Azell yang ada di sampingnya.
Kedua mobil tersebut pergi dari Mansion tersebut melesat menuju tempat masing-masing, Ludius sengaja mengantar Shashuang ke lokasi terlebih dahulu, sementara dirinya menjemput istrinya.
-
#Mansion Lu
Begitu Silvia terbangun dan mengalihkan pandangannya ke arah meja rias, ia melihat ada sebuah gaun dan sepatu yang selaras dengan gaunnya. Ia beranjak dari tidurnya dan menyambar langsung dress panjang berwarna biru laut favoritnya.
"Ada hal apa Ludius menaruh dress ini di meja? Lalu di mana dia sekarang?". Pikir Silvia, ia mengeryitkan keningnya, memikirkan apa yang sedang coba Ludius lakukan.
Wajah dan penampilan yang masih acak-acakan khas bangun tidur, Silvia keluar dari kamar membawa dressnya mencari Bibi Yun untuk menanyakan apa yang sedang Ludius siapakn untuknya. "Bi.. Bibi Yun?". Panggil Silvia dengan langkahnya menuruni tangga,
Bibi Yun yang mendengar seruan Silvia langsung menghampirinya dengan tergesa-gesa. "Nyonya, hati-hati jalannya. Ingat, Nyonya sedang mengandung. Kalau Tuan tahu, saya bisa kena omel nanti.." kata Bibi Yun, ia berbicara dengan wajah cemas melihat Silvia yang selalu melakukan apapun dengan tidak hati-hati. Cukup ceroboh memang...
"Aku hanya ingin menanyakan ini, Bi?". Katanya sambil menunjukkan dress biru laut pada Bibi Yun.
"Dress itu Tuan sendiri yang menyiapkannya. Tuan mengatakan akan membawa Nyonya jalan-jalan pagi ini."
"Kalau mau menjemputku, mengapa dia sepagi ini sudah menghilang. Hufft.. kebiasaan deh." keluh Silvia,
"Tuan pergi sepagi ini untuk menjemput Tuan Muda Azell agar bisa ikut bersama."
Wajah Silvia langsung terlihat cerah, terlihat binar-binar kegembiraan di matanya. "Benarkah? Ludius bilang begitu. Azell, aku sudah merindukan anak songong itu. Hmm.. baiklah, aku akan mandi terlebih dahulu. Tidak biasanya aku bangun kesiangan".
Silvia melihat jam dinding yang cukup besar, dan jarum sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi. "Hah, sudah jam 06.00 pagi, Ludius!! Mengapa kau tidak membangunkanku. Argghh.." teriak Silvia histeris. Ia mempercepat menaiki tangga kembali untuk mandi dan mempersiapkan diri untuk kejutan dari Ludius.
Dalam setiap hal yang di lakukan, entah itu mandi, memakai dress atau me make up diri. Pikiran Silvia melayang, memikirkan kejutan apa yang akan Ludius berikan padanya kali ini.
'Arrgh.. kira-kira kejutan apa yang akan Ludius siapkan yah? Mengapa aku gembira sekali hanya karena menunggu kejuutan dari Ludius. Ingat Silvia.. kamu sudah bukan anak kecil lagi.' Batin Silvia memperingatkan dirinya sendiri.
Saat ini Sivia sedang duduk di depan meja rias, dengan tubuh berbalut dress yang sudah di siapkan Ludius. Bahannya sangat lembut dan tidak gerah di tubuh. Dress dengan bahas berkualitas tinggi seperti ini, mungkin di taksir dengan harga sekitar 1 jt RMB.
"Suamiku ini, menyiapkan dress saja yang harganya tidak main-main. Kalau seperti ini kan aku keingat sama anak-anak di panti. Sudah lama aku tidak mengunjungi panti dengan Ludius.." gumam Silvia, ia selesai memakai make upnya.
Silvia berdiri, kursi tempatnya duduk ia mundurkan. Di depan cermin Silvia melihat penampilan dirinya sendiri, memutar ke kanan dan kekiri. "Apakah ini sudah pantas?". Pikir Silvia.
Dari balik pintu Ludius masuk ke kamar tanpa bersuara dan langsung mendekap Silvia dari belakang. "Kamu cantik sekali Sayang. Aku jadi tidak rela memperlihatkan kecantikanmu pada orang lain." Puji Ludius, ia menyandarkan kepalanya di atas pundak Silvia, sambil melihat penampilan Silvia di cermin.
"Ludius! Bisa tidak kalau mau masuk ketuk pintu dulu. main selonong saja. Itu tidak boleh." Tegur Silvia.
"Untuk apa aku mengetuk pintu? Lagian ini juga kamarku. Tapi kamu benar-benar cantik, Sayang." Puji Ludius kembali, ia mencium pipi kanan Silvia, membuat hati Silvia kembang kempis dipagi hari.
Wajahnya merah merona, ia tidak tahu bagaimana harus menyembunyikan wajahnya saat ini. "Ini masih pagi, simpan dulu gombal recehmu, suamiku." Tukas Silvia.
"Masih saja istriku ini bermulut pedas. Kamu sudah cantik sayang, kita berangkat sekarang?". Tanya Ludius mengingatkan.
"Memang kita mau kemana, suamiku? Kau tidak akan membawaku ke tempat aneh-aneh, kan?". Silvia melirik ke arah Ludius. Lirikan Silvia bahkan terlihat seksi dimata Ludius.