Chapter 397 - 397. Yu Garden bag6. Butuh waktu untuk mengakhirinya

Silvia mengabaikan begitu saja Daniel yang masih berdiri di belakangnya, ia meneruskan langkahnya menyusuri jalan setapak di area yu garden. Beberapa saat berlalu dan Silvia tiba-tiba tersentak begitu mendapat dekapan dari belakang.

"Bisakah kita sedekat ini Silvia? Aku ingin seperti ini meski hanya sementara.." Daniel berbicara seolah sedang mengutarakan perasaannya. Kepalanya sengaja ia sandarkan di atas bahu Silvia. "Terasa nyaman, pantas pria itu sangat egois dan tidak ingin melepaskanmu.." sambung Daniel.

"Tuan Daniel, apa yang sedang kau lakukan? Kita tidak seharusnya seperti ini di depan umum. Ini tidak akan berakhir baik untukmu atau untukku sendiri." Tolak Silvia, ia dengan sekuat tenaga melepas tangan Daniel yang melingkar di area perutnya. Tidak nyaman dan membuat Silvia semakin ingin lepas dari pria misterius seperti Daniel.

Karena semakin jauh mereka melangkah, Silvia semakin khawatir ini akan berakhir tidak baik. Bagi Silvia, karakter dan sifat Daniel susah di tebak apa maunya. Dia begitu misterius, mimik wajah, perkataan dan ekspresi Daniel seakan semuanya palsu. Ada hal lain yang tidak bisa Silvia jabarkan.

Tangan Daniel semakin erat melingkar di perut Silvia, ia tidak membiarkan Silvia untuk melepasnya. "Diamlah, aku hanya memelukmu. Apakah menerima pelukanku terlalu berat untukmu Silvia?".

"Berat, sangat berat aku menerima pelukan dari pria lain. Aku tidak mengenalmu, tapi mengapa kamu tiba-tiba mempersulitku seperti ini? Apa salahku Tuan Daniel? Bisakah kau lepaskan aku?". Silvia semakin merasa risih dengan sikap Daniel yang tanpa malu menyandarkan kepala di bahunya. Ia berkali-kali memberontak, namun yang di dapat justru sebuah ciuman di ujung kepalanya.

Di saat seperti ini, dari arah belakang seseorang menarik paksa  Daniel mundur menjauh dari Silvia. Tangan si pria tersebut mencekal erat pergelangan lengan kanan Daniel dan melayangkan sebuah pukulan.

Buacck!!!

Pukulan yang cukup keras, membuat wajah Daniel lebam dan sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah. Dengan senyum seringai ia menyeka sudut bibirnya. Sorot mata licik ia tunjukkan pada pria yang ada di depannya yang ternyata adalah Ludius.

"Brengsek kau Daaniel Qin! Aku takkan memaafkanmu karena telah berani menyentuh istriku!". Wajah Ludius terlihat merah padam tangannya mengepal erat menahan amarah, sorot mata tajam Ludius ia arahkan pada Daniel dengan sekuat hati menahan amarahnya, ia masih harus menahan diri karena mereka masih berada di depan publik. Ia tidak ingin menarik perhatian orang dan membuat para wartawan memergoki mereka. Sudah cukup skandal yang di sebarkan para wartawan.

"Mengapa kamu diam Tuan Lu. Apakah kamu benar-benar sudah ingin melepaskan Sillvia untuk berada di sisiku?". Pandangan Daniel mengarah pada Silvia yang tidak menoleh sedikitpun ke belakang. Ia seperti acuh tak acuh pada dua pria yang ada di belakangnya.

"Jangan bermimpi kau Daniel, Silvia sampai kapanpun adalah istri Ludius Lu. Tidak akan ada yang bisa merubah itu, bahkan KAU SEKALIPUN!". Kata Ludius, dari caranya berbicara dan sorot matanya yang tajam membuatnya terlihat lebih mengerikan dari pembunuh berdarah dingin.

Mendengar perkataan yang penuh penekanan dari Ludius, Silvia menghentikan langkahnya. Sejenak tubuh Silvia merinding mendengarnya. Ia menoleh kebelangan dan melihat dua pria saling bertatap muka dengan aura yang masing-masing mampu memikat orang di sekitarnya.

"Berhenti kalian!". Seru Silvia pada kedua pria bodoh di depannya,

Daniel dan Ludius langsung melihat ke arah sumber suara. Kini justru Silvia yang terlihat sedang marah dan memandang dua pria di depannya. "Apa itu menyenangkan berdebat dan saling memukul di depan banyak orang! Kalian ini bukan lagi anak-anak, setidaknya jaga sikap kalian disini. Sudahlah.. percuma juga memberi tahu, kalian juga takkan bisa mengerti!". Silvia melanjutkan langkahnya, ia sudah tidak peduli dengan Ludius ataupun Daniel Qin yang ada di belakangnya.

Ludius kembali memusatkan perhatiannya pada Daniel. "Kali ini aku melepasmu karena aku tidak ingin membuat keributan kecil dan membuat Silvia tidak nyaman. Tapi jika aku melihatmu kembali mendekati Silvia, maka aku tidak akan segan..." perkataan Ludius terhenti,

".. Tidak akan melepaskanku? Itu tidak masalah. Kau akan tahu Tuan Lu yang terhormat bahwa kadang hal sepele dan tidak terlihat akan lebih mengerikan di akhir cerita.." ujar Daniel, ia berbalik  dan pergi kearah yang berlawanan.

Perkataan Daniel begitu penuh teka teki, tapi Ludius tahu Daniel masih memiliki kartu AS nya dan mungkin akan di pakai pada saatnya, itu membuat Ludius harus mempertimbangkan Daniel sebagai salah satu orang yang harus di waspadai.

Selagi mereka berdebat Silvia sudah berjalan cukup jauh, dengan langkah cepat Ludius menyusul istrinya yang masih ngambek, marah bahkan mungkin pertengkaran ini akan berkepanjangan. 'Mengapa aku selalu seperti  ini di depan dua wanita? Arggh.. aku beanr-benar terlihat bodoh. Mengapa aku bisa seperti ini?' batin Ludius.

Di belakang Silvia, diam-diam Ludius  terus mengikuti dan memperhatikan tanpa berani mendekat. Unutk sementara  mungkin Ludius hanya akan mengawasi sampai Silvia merasa tenang.

Dari belakang, terdengar Silvia sedang bergumam membicarakannya, dan itu membuat Ludius ingin sekali mendekap dan menenangkan amarah istri tsunderenya.

"Huft.. mengapa dia tidak mengejarku, bukannya menenangkan hatiku justru berbalik acuh. Dasar pria menyebalkan, tidak punya hati! Bagaimana mungkin aku bisa jatuh hati padanya dulu." umpat Silvia sambil meremas-remas kedua tangannya geram.

Tepat di belakang Silvia, giliran Ludius yang mendekapnya perlahan membuat Silvia menghentikan langkahnya. Silvia tahu pria di belakangnya adalah Ludius hanya bisa menghembuskan napas perlahan,  ia memejamkan mata sejenak memutar kembali memory yang membuat setidaknya amarahnya mereda. Ia tidak langsung berbicara pada Ludius dan memilih diam, mendengarkan apa yang akan Ludius katakan.

'Pfft.. dasar istriku, marahpun kamu tetap terlihat imut dan menggemaskan.' Batin Ludius.

Dengan penuh kasih sayang Ludius mencium pipi kanan Silvia dan menyandarkan kepalanya di atas bahunya. "Maafkan aku Sayang, sudah membuatmu merasa tidak nyaman dengan kejadian tadi. Tapi sungguh aku tidak ada pemikiran untuk membuatmu seperti ini. Aku hanya bodoh tidak bisa tegas di depan Azell, bukankah aku aku terlihat menyedihkan.."hal

"Kamu memang menyedihkan, dan selalu menyedihkan. Apakah kamu sedang mencoba menebus dosamu pada Shashuang, atau membuatnya bimbang dengan ke plin plananmu Ludius?. Selama ini aku diam karena aku memang tidak ada hal untuk membuat jurang pemisah di antara kalian karena masih ada Azell. Tapi bukan berarti aku tidak cemburu. Aku masih mempuyai hati, aku masih bisa merasakan terluka." Ungkap Silvia, ia memang tidak bisa melepaskan Ludius, tapi disatu sisi kondisinya...

Mengapa Tuhan menempatkannya di posisi seperti ini? Ini sama saja siksaan batin yang tiada ujung. Ingin sekali marah tapi disisi lain ia juga tidak bisa menjamin dirinya sendiri akan bisa berada di sisi Ludius selamanya.