Chapter 398 - 398. Yu Garden bag7. Kesabaran dari seorang Julian

"Percayalah padaku, Sayang. Tidak pernah sedikitpun terbesit dalam hatiku untuk memiliki Shashuang. Dia masa lalu dan sampai kapanpun tidak akan ada yang bisa merubah hal ini. Aku  hanya perlu waktu untuk bisa mendapatkan hak asuh Azell seutuhnya. Aku bisa saja menggunakan kekerasan, tapi Azell terlalu pintar untuk tahu masalah seperti ini. Aku tak berdaya di hadapan takdir."

"Aku tahu, kau selalu mempunyai alasan di setiap keputusanmu. Aku takkan menyalahkanmmu." Jawab Silvia dengan senyum tipis meski perasaannya masih terluka.

Ludius melepas dekapannya, ia membalikkan posisi Silvia menjadi berhadapan dengannya. Kedua tangannya memegang wajah Silvia. "Kamu percaya padaku kan Sayang?". Tanya Ludius sekali lagi dan di balas dengan sebuah anggukan.

Mata Ludius melirih tangan Ludius dan tidak mendapati bunga lotus yang di petik olehnya. "Sayang, bunga lotusnya kau kemana,kan?".

"Tidak sengaja aku jatuhkan, padahal aku masih ingin buat teh dari bunga lotus." Wajah Silvia terlihat muram. Sikap manja dan kekanakan Silvia muncul kembali. Benar-benar mood orang hamil itu susah sekali di tebak.

"Jangan khawatir, aku akan meminta seseorang untuk mengantarkan bunga lotus segar ke rumah, karena aku sudah rindu dengan masakanmu, Sayang.."

"Jadi kita akan kembali? Lalu bagaimana dengan Nona Shashuang dengan Azell? Kita akan tinggalkan mereka begitu saja?".

"Kamu jangan khawatirkan mereka, Julian sudah datang untuk menangani kekacauan yang ada di sana. Lagi pula bukankah ini quality time kita Sayang. Aku tidak senang jika ada orang lain yang menganggunya."

Wajah Silvia merona merah, hanya sedikit godaan Ludius saja ia tidak bisa menahan rasa malunya. Apalagi jika Ludius sudah menunjukkan sisi romantisnya? Ah.. bisa-bisa hati ini ikut runtuh..

Dengan sengaja Ludius menarik tubuh Silvia dalam pelukannya dan mengangkat Silvia dalam gendongannya. Senyum simpul terukir indah di bibir Ludius, kencan mereka belumlah berakhir disini.

"Ludius, apa yang sedang kamu lakukan? Malu tahu di lihat orang. Turunin aku sekarang, aku masih punya kaki utuh untuk berjalan.."

"Sttt.. tidak bisakah kamu menurut, Sayang? Aku masih ada tempat yang ingin ku tunjukkan padamu." Tidak memperhatikan omelan dan jengkelnya Silvia, Ludius tetap menggendong istrinya pergi kesuatu tempat.

***

Di sisi lain Julian menggendong Azell dan menggandeng Shashuang membawa mereka keluar dari kerumunan massa menuju sebuah restaurant di dekat Yuyuan garden. Awalnya Shahuang menolak dan berkali-kali mencoba melepas cekalan Julian yang memaksanya pergi ke sebuah tempat. Tapi melihat reaksi Azell yang cukup senang dan terbuka menerima Julian, Shashuang akhirnya memilih diam dan mengukuti kemana Julian membawanya pergi.

Di depan sebuah restoran dengan desain klasik ala dinasti Ming Julian melepas lengan Shashuang yang sejak tadi di pegangnya dengan erat. "Kita akan makan siang disini, Azell suka? Atau kita pindah ke tempat lain?". Tanya Julian dengan sedikit mengangkat wajahnya melihat tanggapan Azell.

"Boleh, kita makan disini saja Paman. Ibu pasti juga tidak keberatan." Ujar Azell dengan sopan, ia bisa bersikap sopan juga di depan orang lain, atau katakanlah dia calon Ayah sekaligus suami Shashuang jika memang itu benar adanya..

"Baiklah, ayo kita masuk.." Julian yang masih menggendong Azell menurunkannya dan menggandeng tangan Azell masuk ke dalam.

Langkah Azell terhenti, ia menoleh ke belakang melihat Shashuang yang masih berdiri tidak meninggalkan tempatnya meski hanya satu langkah. "Ma, mengapa Mama masih diam saja? Apakah Mama tidak menyukai tempat ini?". Tanya Azell.

Shashuang kelihatannya sedang melamun, entah apa yang di pikirkan wanita setengah ambisius itu sampai membuatnya terbengong sampai tidak mendengar seruan Azell.

"Ehmm ah, ada apa Azell? Ohya, kamu barusan mengatakan apa Tuan Julian, maaf aku tidak mendengarnya?". Kata Shashuang melebarkan senyumnya, jelas sekali itu adalah senyum palsu terbaiknya di depan orang lain.

Julian menoleh ke belakang mendengar Shashuang menyebut namanya. "Kita akan makan siang disini, jika Nona Shu tidak menyukainya kita bisa piindah ke restoran lain,"

"Tidak perlu, disini saja sudah cukup. Masalah tadi tidak perlu di bahas lebih lanjut. Ayo masuk, aku sudah lapar.." Sela Shashuang, ia menghentikan pembicaraan mereka tanpa memberi celah Julian untuk bertanya lebih lanjut.

Di dalam restoran yang bernama Song yue lou ini di sediakan berbagai menu masakan China dan Asia. Karena pada dasarnya Julian juga tidak memakan masakan berbahan dasar daging babi. Ia memilih masakan Asia yang lebih pas untuk dirinya.

Azell langsung menyambar sebuah kursi yang letaknya di samping jendela, Julian sendiri begitu tiba di meja menarikkan salah satu kursi untuk Shashuang. "Duduklah Nona Shu," kata Julian mempersilahkan dan di balas dengan senyum yang masih saja tidak tulus alias senyum paksa.

Inilah yang kadang membuat Julian bingung, 'Sebenarnya, sejauh mana Shushu memandang ke arahku? Apakah aku masih di anggap  orang lain di dalam hatinya?'. Ia sama sekali tidak mengerti dan mengetahui apa isi hati Shashuang dan apa yang di inginkan hatinya.

Shashuang duduk di kursi dengan tatapannya yang masih kosong, ia hanya terdiam memandang ke arah jendela. Entah apa yang di pikirkannya. Apakah karena kejadian tadi? Atau mungkin ini karena Julian yang tiba-tiba menariknya dari kerumunan massa?

Suasana restoran yang ramai terasa sangat sepi, ingin sekali Julian bertanya ada apa dengannya, mengapa terus terdiam tanpa berkata?. Tapi itu sangat sulit keluar dari mulutnya.

Di tengah keheningan dalam ke ramaian, seorang pelayan restoran menghampiri meja mereka membawa note dan pulpen. "Permisi Tuan dan Nyonya, adakah makanan yang ingin di pesan?" tanya pelayan tersebut.

Menyadari kedatangannya tidak pada waktu yang tepat membuat pelayan itu merasa tidak enak. Azell yang cukup paham dengan kondisi yang sedang terjadi mengambil buku berisi daftar menu pesanan. "Kakak, bisa Azell memesan stik dan beberapa makanan yang ini? Sepertinya enak. Bagaimana dengan Paman dan Mama? Apakah juga harus Azell yang memilihkan?". Tanya Azell dengan berlagak polos di depan pelayan itu.

Mendengar kata Paman dan Mama dari Azell membuatnya malu karena beranggapan mereka adalah pasangan yang sedang mengalami pertikaian dalam keluarga. Di depan Julian dan Shashuang si pelayan menundukkan kepalanya. "Tuan dan Nona. Maaf saya telah lancang beranggapan bahwa Tuan dan Nona adalah pasangan suami istri."

Julian langsung menimpali permintaan maaf si pelayan. "Tidak masalah, aku memahaminya. Lebih baik siapkan saja makanannya." Seru Julian yang sejak tadi diam.

"Baik Tuan, saya permisi." Pelayan itu pergi meninggalkan meja mereka.

"Ma, mengapa sejak tadi diam saja? Apa yang sedang Mama pikirkan? tidak baik loh diam seperti itu di depan orang baik seperti Paman Julian". ujar Azell pada Shashuang.