Angela Shin berhasil menyulut api asmara yang membuat Linzy dan Longshang saling salah paham. Licik memang, tapi itulah sosok dari Angela Shin. Wanita angkuh yang sebenarnya membutuhkan seorang pria yang mampu menyadarkan nya akan arti CINTA.
Setelah mendengar Longshang mengusirnya, Angela Shin jutru semakin gencar menggoda. Ia semakin mendekatkan dirinya pada Longshang, memaksakan kehendak dengan tetap menyuapi pria yang jelas telah mengusirnya.
"Ayo Tuan Longshang, anda harus memakan makanan anda sebelum dingin. Sup ini baik untuk kesehatan, aku bisa menjamin itu.." kata Angela Shin yang sedang memegang mangkuk sambil menyendok perlahan makanan di dalamnya.
"Aku sudah menyuruhmu untuk KELUAR! Apa kau tidak mendengar perkataanku, atau memang Nona Shin ini senang membuat orang lain MARAH!". Tegas Longshang, tangannya menghentikan Angela Shin yang hampir menyuapinya.
"Ck.. seperti ini dirimu yang sebenarnya Tuan Longshang." Kata Shin dengan berdecis, ia tersenyum remeh sambil menaruh kembali mangkuk di meja setelah mendapat penolakan dari Logshang untuk yang ke dua kalinya. Sebelum pergi, Shin menyentuh dada bidang Longshang dengan senyum liciknya. "Haolah.. kau menang.. aku takkan mengganggumu malam ini. Tapi PERJANJIAN KITA masihlah berlaku. Karena aku yang memegang kendali ini disini." Shin mengedipkan salah satu matanya dengan senyum simpul yang terukir indah di sudut bibirnya, lalu pergi dari hadapan Longshang dan keluar dari ruang rawat VVIP.
Sedangkan Linzy yang melihat semua ini, masih berdiri di sudut ruangan dengan sudut air mata yang berkaca – kaca, memikirkan apakah kisah cinta mereka akan berakhir begitu saja. Lagi pula ini memang salahnya.. 'Hanya saja, mengapa aku tidak rela melepaskan Longshang begitu saja pada wanita lain?'. Batin Linzy.
Setelah kepergian Angela Shin, sejenak Linzy memandang Longshang tanpa bergeming, hanya matanya yang basah. Dan berniat keluar dari ruang rawat seperti apa kata Longshang. "Istirahatlah, aku akan keluar dan tidak akan mengganggumu,"
"Tunggu.. siapa yang bilang kalau aku memintamu untuk keluar. Tetaplah disini.." cegat Longshang.
"Benarkah?! Jelas – jelas tadi kau mengatakan kalau kami harus keluar. Kalau bukan mengusirku juga, lalu itu apa artinya?".
Longshang melambai lambaikan tangannya pada Linzy, memintanya untuk mendekat. Pelit bicara memang sudah menjadi ciri khas Longshang, kecuali jika bersama Ludius. Dia akan berubah sedikit cerewet.
Linzy mendapat lambaian tangan Longshang dengan malu-malu melangkah mendekat. Ini seperti DE JAVU di mana dirinya pertama kalu bertemu Longshang, dan perasaan pertama yang tumbuh dalam hatinya adalah malu, malu untuk mendekati pria tampan minim ekspresi seperti Longshang.
"Kau benar – benar memanggilku untuk berada di sampingmu?". Tanya Linzy kembali. Ia kini sudah ada di depan Longshang, berdiri mematung tanpa bergeming.
"Mengapa kau terlihat kaku sekali, Zy? Apa terlalu lama meninggalkan ku membuatmu menjadi BODOH!". Ledek Longshang. Ia menarik lengan Linzy dan memintanya duduk di atas ranjang untuk menemaninya.
"Kau sedang meledekku, Longshang! Siapa juga yang menjadi BODOH karena lama tidak bertemu.. dasar pria minim ekspresi yang memiliki kepercayaan diri terlalu tinggi. Bagaimana bisa 5 tahun lalu jatuh cinta padamu hingga sekarang. Memikirkan nya saja membuatku pusing."
"Zy, kau sedang mengejekku?!". Sergah Longshang.
"Tidak! Aku sedang memujimu." Balas Linzy dengan mensungutkan bibirnya.
"Oh, baiklah. Cepat layani aku. Aku ingin makan.." pinta Longshang,
Kali ini ia benar – benar menguji kesabaran Linzy sampai tahap tertinggi, membuat Linzy mengelus dada melihat kelakuan Longshang yang kadang menurutnya ke kanak – kanakan. Tapi jika teringat kembali itu karena ulahnya sendiri, ia hanya bisa diam sambil bersabar.
'Aku pasti akan menebus seluruh kesalahan yang pernah ku lakukan pada kalian, termasuk padamu, Longshang. Walau mungkin ini sama saja aku takkan bisa melihatmu untuk selamanya..' batin Linzy, ia memejamkan matanya, menelan seluruhnya seorang diri.
Kepahitan hidup yang di alami, demi Keluarga atau Cinta?
Di satu sisi ada Ayahnya yang menjadi tawanan orang yang memerintahkannya menjadi mata – mata, di sisi lain ada kekasih dan teman – temannya yang harus menjadi korban pengkhhianatannya. Memikirkan ini membuat Linzy kadang berpikir, mungkin dengan sebuah kematian semuanya akan berakhir.
Linzy mengambil mangkuk tadi yang ada di atas meja, ia menyendok perlahan dan menyuapi Longshang dengan sepenuh hati. "Bagaimana rasanya, apakah makanan di rumah sakit itu enak?".
"Cukup hambar, mungkin aku butuh sesuatu yang lain agar rasanya menjadi lebih manis." Kata Longshang,
Linzy mengeryitkan keningnya. "Sesuatu apa yang bisa membuat makanan menjadi lebih manis? Gula?! Kamu mau makanannya di tambah gula?" tanya Linzy serius. Ia benar – benar seperti wanita polos yang mau saja di bohongi hal kecil oleh Longshang.
"Bukan, tapi ada hal yang lebih manis dari sekedar gula." Longshang mengambil mangkuk yang ada di tangan Linzy dan menaruhnya di meja. "Contohnya seperti ini..". Longshang menarik pinggang Linzy hingga terjatuh ke atas tubuhnya, untuk ke sekian kalinya Longshang mencuri ciuman Linzy.
Seketika Linzy tercengang, ia membelalakkan matany mendapat ciuman dari Longshang. Awalnya ia cukup kaget dan ingin melepas paksa ciumannya, namun perlahan Linzy cukup menikmati sentuhan bibir Longshang yang hangat dan manis, bahkan ini rasanya lebih manis dari madu sekalipun.
"Bukankah rasanya lebih manis?". Tanya Longshang begitu ia melepass tautan ciuman mereka.
"Longshang! Sejak kapan kamu jadi pandai menggoda!" seru Linzy.
"Sejak wanitaku menjadi BODOH dan melakukan segalanya seorang diri. Kau pikir membahayakan nyawa dirimu sendiri karena sebuah ancaman itu bukan BODOH!".
"Iya, aku bodoh karena melakukan semuanya seorang diri dan tidak memberitahukannya padamu. Aku hanya tidak.."
"... Tidak apa!". Sela Longshang. "Tidak ingin membuatku terbebani dengan masalahmu! Kau pikir dengan diam tanpa memberitahu dan menjadi mata – mata itu benar. Kau melakukan itu sama saja mendorong semuanya ke masalah baru yang lebih dalam dan rumit. Aku ini Longshang, pria yang berdiri di belakang seorang Ludius untuk menjadi seorang Penguasa. Jika hal ini saja aku tidak bisa menangani, bagaimna aku bisa berdiri di samping sahabatku, Ludius."
Linzy tersentak dengan alasan Longshang, memang selama ini Longshang adalah satu – satunya kaki tangan Ludius yang paling berperan penting dari semua bawahan Ludius yang ada. Ia hanya tidak menyangka, Longshang akan memikirkannya sampai sejauh itu.
"Kau adalah kaki tangan dari Ludius. Sedangkan aku menjadi pengkhianat di antara kalian dan membuat kalian dalam bahaya. Sepertinya aku memang tidak pantas ada di sisimu Longshang. Aku hanya tidak ingin Ludius tidak mempercayaimu lagi karena kau masih menerimaku ada di sisiku.."
"Mengapa kamu selalu mengatakan hal seperti ini. tidak bisakah sekali saja kau memikirkan bagaimana perasaanku. 5 tahun lalu kau tidak mempercayaiku, sekarangpun kau sepertinya kau juga akan melepaskanku."