Chapter 407 - 407. Pagi ini dengan sarapan buatan suami tercinta

Tidak peduli dulu atau sekarang meski alasannya berbeda, kenyataan kalau Linzy lebih memilih melepaskan Longshang tidaklah berubah. Hati manusia selalu saja terombang ambingkan keadaan dan membuat mereka ragu, apakah yang di lakukan ini sudah benar?

Begitu seterusnya, bahkan jika hati mengatakan cinta dan ingin bersama. Tapi kenyataan selalu berpihak pada hal yang sebaliknya, membuat hati menjadi semakin ragu. Apakah cinta ini sudah benar?.

"Longshang, jika dulu aku memilih mempecayaimku. Apakah akhir dari kisah ini akan sama?". Tanya Linzy tiba – tiba begitu mendengar perkataan Longshang yang jelas sedang mempertanyakan kesiapan hatinya.

"Entahlah.. kehidupan yang sedang kita jalani saat ini seakan ilusi. Tidak ada yang namanya nyata atau terlihat jelas. Jika waktu di putar ulang kembali, aku rasa hasilnya juga akan sama. Kita tetap akan terpisah." Longshang menarik tangan Linzy dan menggenggamnnya. "Jadi, lebih baik kita jalani apa yang ada di depan mata. Memulai kembali apa yang dulu tidak bisa kita lakukan. Kamu jangan khawatir, akku juga akan menanggung setengah dari beban dan kesalahnmu."

"Tapi kau adalah kaki tangan Ludius. Dia adalah pihak yang sangat di rugikan, apakah dia rela melepaskan ku begitu saja."

"Aku akan tetap ada di sampingmu. Dan aku percaya, Ludius tidak akan sekejam itu menutup mata dengan keadaan yang terjadi. Aku percaya pada Tuan ku yang sudah aku ikuti selama puluhan tahun."

Malam ini Longshang menjalani malam dengan sangat bahagia. Ia tidak menyesali dengan keadaannya saat ini, karena ini sepadan dengan apa yang di dapat. Ia dapat kembali bersama Linzy, memperbaiki kesalahan yang pernah terjadi 5 tahun yang lalu.

Sekarang yang sedang Longshang pikirkan, bagaimna ia menghadapi Ludius nantinya jika Ludius tidak menerima kedatangan Linzy. Pada akhirnya Longshang harus memilih antara  Ludius yang sangat ia hormati atau orang yang di cintai.

***

-Pagi Hari di Mansion Lu.

Setelah semalam penuh Ludius googling mencari resep cara membuat adonan bakso terbaik. Ia eksekusi membuatnya hingga larut malam di temani Bibi Yun. Meski hasilnya tidak semirip bakso beranak yang ada di gambar, tapi setidaknya kalau soal rasa itu hampir sama. Mungkin..

Pagi ini Ludius sudah stay di dapur untuk membuat kuah bakso di temani Bibi Yun sambil membuat menu sarapan lainnya. Suami mana coba, yang rela bergadang malam – malam cuma untuk membuat adonan bakso, dan paginya sudah stay bangun demi tahap terakhir makanan bakso impian istrinya.

Di bilang bucin (Budak Cinta), Ludius memang bucin parah. Dia rela lakukan apapun asal itu membuat istrinya senang, hanya saja satu hal yang belum bisa Ludius lakukan, yaitu menyembuhkan luka di rahim Silvia. Ia sempat terpikirkan untuk menyerahkan Silvia pada Daniel di saat putus asanya. Namun memikirkan Silvia menjadi milik orang lain, timbul perasaan egois dan tidak rela jika itu terjadi.

Sebisa mungkin Ludius mempercepat penelitiannya mengenai sistem penyembuhan yang menggabungkan jaringan beberapa sel yang saling berhubungan untuk membuat dinding dalam bagian rahim kembali pulih.

Ini pasti memerlukan waktu yang cukup lama, tapi ia sudah mengerahkan seluruh orang peneliti di China dan Amerika untuk menangani kasus ini. untuk sekarang, Ludius hanya bisa bersabar menunggu keajaiban datang dan penelitian itu segera selesai menemukan jawaban dan solusinya.

Kembali ke topik utama, saat ini Ludius sudah memakai kemeja hitam berbalut celemek bergambar taddy bear untuk memasak kuah bakso dan makanan yang lain. Ia sedang meracik bumbu sedangkan Bibi Yun sedang meracik sayuran untuk membuat beberapa makanan pembuka.

"Bagaimana dengan sayurnya Bi, sudah di potong – potong semua?". Tanya Ludius.

"Sudah Tuan. Saya akan membuat makanan pembuka lain."

"Uhm, baguslah.. biar aku yang menyelesaikan membuat baksonya. Hahaha.. ternyata membuat bakso cukup rumit juga, tapi ini menyenangkan. Setidakknya ini lebih baik dari pada aku harus berurusan dengan dokumen yang menumpuk."

-

Hampir 2 jam lebih Ludius berada di dapur. Silvia yang baru saja selesai mandi dan membersihkan kamar datang mencari dimana Ludius berada, dan ternyata suaminy masih berada di dapur di jam 07.30 pagi. Senyum merekah menghiasi sudut bibir Silvia.

Bagaimana ia tidak senang melihat perjuangann suaminya yang mati – matian membuat bakso beranak demi mewujudkan keinginannya yang konyol. "Pagi, suamiku.." Sapa Silvia yang masih berdiri bersandar di pintu sambil memperhatikan suaminya yang sedang memasak.

"Pagi juga, Sayang.. hmm apakah kamu sudah lama memperhatikan ketampanan suamimu dari sana?". Tanya Ludius dengan pandangan teralihkan sesaat pada Silvia, ia mengedipkan sebelah matanya dengan senyum menggoda.

"Issh.. Narsismu tidak berkurang juga ya, suamiku?. Aku hanya sedang memperhatikan bagaimana seorang CEO dari Tangshi Grup memasak masakan permintaan istrinya." Balas Silvia dengan melipat kedua tangannya,

"Benarkah hanya ingin melihat suami mu ini masak? Tapi ada pepatah mengatakan, pandangan mampu menarik hati dan membawanya menuju arti CINTA. Jangan – jangan kamu sekarang semakin jatuh cinta padaku, istriku tersayang."

"Ih PEDE  sekali kamu, Suamiku. Dasar narsis!". Meski begitu, Silvia mencium wangi harus masakan menjadi penasaran bagaimana Ludius membuatnya. Ia melangkah mendekati Ludius berada, sambil memperhatikan Ludiuss yang sedang fokus memasak.

"Jadi, apa yang kamu masak suamiku..?" tanya Silvia.

"Bakso beranak, seperti yang kamu minta, Sayang? Atau jangan – jangan kamu lupa lagi.." ledek Ludius.

"Mana mungkin aku lupa makanan yang lagi aku idam –idamkan. Ini lebih aku idamkan dari pada ketemu cowok tampan tahu.."

"Jelaslah kamu tidak mengidamkan pria tampan, orang yang paling tampan juga ada di sampingmu. Mengapa harus repot – repot mencari." Ujar Ludius dengan sedikit membanggakan diri. Orang tampan mah bebas..

Silvia hanya mencibir suaminya yang narsis itu, tapi memang Ludius adalah pria tertampan dalam pandangannya. Setidaknya di matanya Ludius adalah yang paling tampan dari semua pria, hahaha... inilah mengapa orang mengatakan cinta itu buta, suami sendiri pastinya di katakan paling tampan.

"Baksonya sudah jadi, lebih baik kita segera ke ruang makan. Kita akan makan bersama karena setelah ini aku akan langsung ke kantor, ada banyak pekerjaan disana." Ludius selesai prepare semua nya. Ia pergi meninggalkan tempat memasak dan melepas celemek lalu menggantungnya di tempat biasa.

"Uhm.. aku sudah tidak sabar untuk menikmati masakanmu, Sayang." Silvia menggandeng Ludius keluar dari dapur. Namun sbelum itu..

"Bibi Yun, tolong prepare semua makanannya di meja." Perintah Ludius.

"Baik Tuan, saya akan akan mempersiapkan semua makanannya di meja". Ujar Bibi Yun. Bubi Yun bersama beberapa pelayan di belakangnya menyiapkan makanan tang sudah di persiapkan di meja.