Chapter 424 - 424. Permintaan Lancang

Zain juga menyadari hal ini, tidak mungkin bagi Emilia menikahi pria tanpa status sepertinya. Walaupun untuk kebohongan publik tapi dampaknya adalah di Keluarga Kerajaan jika mereka mengetahuinya.

-

Setibanya di salah satu Mansion Elit di kawasan Kota Shanghai, mobil Zain memasuki gerbang utama Mansion tersebut. Belum sampai masuk, mereka sudah di cegat oleh 2 penjaga gerbang dan membuat mereka harus turun dan lebih memakirkannya di luar mansion.

"Sayang sekali, Zain. Sepertinya mobilmu harus ngandang di luar Mansion." Ejek balik Wangchu memebuat kening Zain mengerut.

"Kau berbicara sepatah kata lagi, aku tidak akan segan untuk mengeluarkan semua isi kepalamu!!". Zain melangkah menghampriri kedua penjaga gerbang tersebut.

Baru mereka sampai di depan gerbang, kedua penjaga gerbang sudah berdiri menghadang mereka. "Maaf Tuan, saya ingin meminta izin masuk untuk menemui Putra Mahkota dan Putri Emilia. Apakah kalian memperkenankan kami untuk masuk?!", tanya Zain ramah, ia tahu sangat sulit untuk menemui mereka di mansion jika tidak memiliki bukti temu janji.

"Maaf, tapi Putra mahkota dan Putri Emilia sedang tidak bisa di ganggu, saya harap anda mengerti".

"Tapi Tuan, saya benar – benar mengenal Putri Emilia, kalau kalian tidak percya, kalian bisa melaporkan hal ini pada Putri Emilia. Katakan pada Putri, Zain malik sedang mencarinya". Ujar Zain.

Tatapan kedua penjaga tersebut setengah tidak percaya Putri Emilia mengenal orang seperti Zain. Mereka seperti enggan untuk melaporkan hal ini pada Putra mahkota atau Emilia sekalipun.

"Kalau memang kalian mengenal Pangeran dan Putri, mengapa tidak membuat temu janji terlebih dahulu. jangan terlalu mengada – ada!".

Zain dan Wangchu mengeryitkan kening mereka, jengkel karena penjaga gerbang terlali berbelit – belit. Karena sudah kesal, Zain akhirnya menghubungi nomor ponsel Emilia untuk memastikan kalau dia ada di rumah.

Drrt.. drrt..

["Hallo Zain, ada apa kau menelponku. Ini tidak seperti biasanya.."] sapa Emilia di ujung telepon.

["Putri Emilia, aku dan Wangchu sedang ada di depan gerbang Mansion mu. Ada hal penting yang ingin kami bicarakan"]

["Mengapa tidak langsung masuk saja."]

["Bagaimana kami bisa masuk. Penjaga mu saja tidak mengizinkan kami bahkan setelah kami mengatakan mengenal mu. Sudahlah, lebih baik kau menjemputku di depan gerbang segera!]

["Baik, aku akan menjemput ke depan Mansion."]

Tut tut tut..

Telepon mereka terputus. Dan tidak berselang lama, Emilia keluar dari dalam mansion untuk menjemput Zain malik. "Apa yang kalian lakukan pada tamu – tamuku?!".  Seru Emilia dengan kasar. Ia langsung menghampiri Zain yang masih berdiri terpaku di depan gerbang.

"Tuan Putri.." segera kedua penjaga gerbang langsung menundukkan badan dan memberi hormat.

"Apa yang kalian lakukan pada kedua tamuku!". Seru Emilia kembali. Ia menatap tajam ke arah dua penjaga gerbang Mansion.

"Ampun Tuan Putri, kami tidak tahu kalau mereka berdua adalah tamu dari Putri. Kami mengakui kesalahan kami dan tidak akan melakukan hal ini kembali". Kedua o[penjaga tersebut  terlihat sangat putus asa, memikirkan nasib mereka kedepannya jika Emilia tidak memaafkan mereka.

"Baiklah, kali ini aku akan memaafkan kalian. Tapi jika lain kali kalian seenaknya saja mengambil keputusan tanpa bertanya dahulu padaku, aku tidak akan segan untuk memecat kalian dari pekerjaan ini!". sentak Emilia. Ia sudah tidak memperdulikan dua penjaga nya,

Emilia fokus pada Zain dan Wangchu yang tiba – tiba datang mencarinya. "Zain, tidak biasanya kamu mencariku. Sebelum kau menjawabnya lebih baik kita masuk terlebih dahulu. mari Tuan Wangchu.." ajak Emilia, ia mempersilahkan tamunnya untuk masuk.

"Terima kasih sebelumnya Putri Emilia. Oh ya, di mana Pangeran Richard?". Tanya Wangchu sambil mereka masuk ke dalam mansion.

"Kakak Richard ada di dalam, kalian bisa menemuinya nanti". Sahut Emilia.

Sampai di dalam Mansion, Emilia mengantar Zain dan Wangchu ke dalam ruang tamu. "Silahkan duduk Tuan Wangchu, dan kau Zain. Aku akan memanggilkan Kakak terlebih dahulu.." kata Emilia.

"Emilia, Tunggu!". Cegat Zain.

Langkah Emilia terhenti, ia menoleh ke arah Zain. "Ada apa lagi Zain?".

"Bisa kau duduk sebentar disini, sebelumnya ada hal yang ingin kita bicarakan denganmu sebelum dengan Pangeran." Sambung Zain. Ia sebenarnya sangat malu untuk mengatakan hal ini, apalagi hal yang ingin di katakan nya selanjutnya mengenai pengakuan sebagai calon suami. Arrghh.. saya sebagai penulis juga merasakan apa yang Zain rasakan, MALU.. tentu saja.

Emilia yang si seperti inikan, tentu saja membuatnya penasaran, ia kembali lagi dan duduk di sofa depan Zain. "Coba kau katakan, memang apa yang membuatmu ingin membicarakan hal penting denganku sebelum dengan kakakku?". Tanya Emilia, ia memperhatikan Zain dengan serius.

"Putri Emilia..." sungguh sulit bagi Zain mengatakan hal sebenarnya. Nyalinya seakan ciut jika sudah memandang wajah cantik Emilia yang tepat ada di depannya.

"Haist... sebenarnya apa yang ingin kau katakan Zain, ayo cepat. Sebelum kakakku datang.." ujar Emilia memperparah keadaan canggung dan rasa tidak nyaman dari Zain.

Karena Zain tidak bisa mengatakannya, Wangchu akhirnya angkat bicara. "Begini Putri Emilia. Aku akan mewakili Zain berbicara penting padamu. Jadi siang ini sedang di adakan konferensi pers di gdung pertemuan di Kantor Tangshi Grup untuk membahas beberapa rumor skandal yang terjadi pada hubungan Ludius dan Silvia. Kami juga sudah mengundang Shashuang dan Julian. Hanya saja kami takut akan ada oknum tertentu menggunakan kesempatan ini untuk membuat keributan, dengan mengorek masa lalu Silvia dan Zain. Jadi intinya, kami meminta Putri Emilia mengakui sebagai kekasih dari Zain malik.." kata Wangchu menerangkan panjang lebar dengan sangat pelan dan hati – hati demi tidak menyakiti hati Emilia.

"Apah!! Jadi kau ingin aku menjadi kekasih Zain Malik?!". Perkataan Emilia terdengar marah dan kaget dari nama biacranya yang sarkas.

"Maaf atas kelancangan dari kami Putri Emilia.." sahut Zain Malik, ia sebenarnya sangat malu mengatakan hal ini semua. Ia bahkan berbicara dengan mengalihkan padangannya.

Emilia menghela napas lega. "Astaga.. aku kira kau mau mengatakan apa Zain, sampe di wakilkan oleh Wangchu. Tapi sebelum mendapat jawaban dariku, aku ingin tanya langssung padamu Zain". Kali ini Emilia terdengar serius.

"Katakan saja Putri Emilia, aku akan menjawab semampuku". Jwab Zain masih menanggung malu.

"Pernahkah terbesit dalam hatim untuk menikahiku dan memilikiku seutuhnya?". Tanya Emilia dengan sungguh – sungguh.

Zain cukup kaget mendengar pertanyaan yang begitu terbuka dari Emilia. Dengan menghela napas panjang Zain menjawab pertanyaan Emilia. "Beberapa waktu telah kita habiskan bersama. Meski itu hanya sekelebat dan anganku, jujur dari lubuk hatiku terdalam, aku pernah memimpikan untuk bisa hidup bersamamu, Putri Emilia Keirl Hamilton. Maaf jika aku  terlalu lancang mengatakan hal ini". kata Zain panjang lebar dengan wajah tertunduk, ia tidak berani melihat wajah Emilia.