Chapter 426 - 426. Permintaan Lancang bag 3

Setelah pedebatan panjang antara Wangchu, Zain dengan Pangeran Richard. Akhirnya Pangeran Richard menyutujui permintaan gila dari Wangchu, meski hal ini membuat Wangchu dan Zain menjadi berpikir pasti ada hal yang di sembunyikan Richard. tapi untuk sekarang, mereka lebih pokus untuk menyelamatkan Silvia dari desakan media massa.

#FLASH BACK OFF

Para wartawan dari berbagai media massa mendapat ketegasan dari Pangeran Richard mulai terdiam, meski mereka merasa aneh mendengar  seorang Putri raja menyukai pria biasa dan itu di restui Kakaknya.

Memang sedikit tidak masuk akal, tapi dari cara Pangeran Richard dan Emilia menerangkan, itu sudah cukup membungkam opini publik mengenai skandal yang terjadi pada Silvia dan Zain. Itu sudah cukup untuk mengalihkan perhatian para publik untuk sementara waktu.

Siang ini konferensi pers sudah selesai dengan sedikit kegaduhann karena ulah provokator yang sedang di selidiki. Karena menurut Zain, indentitasnya sudah sangat di rahasiakan mengenai dirinya adalah mantan Silvia. Zain juga khawatir identitas lain dirinya sebagai salah satu anggota SSIA terkuah ke ranah publik. Karena ia sedang melaksanakan misi rahasia.

-

Setelah acara konferensi pers ini selesai dan semua wartawan mendapat jawaban, mereka mulai memubarkan diri. Kini di dalam gedung hanya tersisa beberapa orang dari anggota Naga Imperial yang siap siaga untuk mengamankan suasana, dan ada beberapa dari Pasukan khusus yang di tugaskan untuk melindungi Pangeran Richard dan Puteri Emilia.

"Emilia.." Panggil Zain pada Emilia yang sudah akan pergi dari mimbar bersama Pangeran Richard.

Langkah Emilia terhenti, ia menoleh ke arah Zain. "Ada apa Zain, mengapa kamu masih diam saja di sini. ayo kita pulang, kau harus mempertanggung jawabkan perkataanmu ke Kerajaan Hardland. Terutama pada Ayahanda  Raja". Kata Emilia dengan tenang.

"Apah!!". Lagi – lagi Zain di buat kaget dan tercengang. "Aku tidak salah dengar,kan? Kita ke kerajaan Hardlan? Menemui Baginda Raja?". Tanya Zain mengulang.

Ia bagai di sambar petir di siang bolong, pasalnya adalah dia harus menghadap Baginda Raja yang jelas adalah Ayah dari Emilia. Zain tidak menyangka, bahwa keputusan meminta bantuan Emilia akan berakhir seperti ini. ini bukankah masih terlalu dini untuk mereka?!

"Iya! Kau harus bertanggung jawab dengan permintaanmu padaku. Kau sudah mengumumkan pada seluruh dunia bahwa kamu adalah kekasih dari  Putri Kerajaan Hardland. Jika Ayahanda Raja mendengar ini, aku tidak mungkin bisa menghindar. Lalu apa aku harus mengatakan melakukan semua iini hanya untuk menyelamatkan reputasi Silvia?! Ayolah Zain, jangan pikir kau tidak memikirkan konsekuensinya.." kata Emilia dengan tenang.

Jujur sih, dalam hati Emilia ia sangat senang jika Zain benar – benar mau ke Kerajaan Hardland dan menjadi suaminya. Apalagi dengan status rahasinya  yang menjadi Agen intelejen Divisi Negara, pasti Ayah tidak akan mempermasalahkannya, kan???

Zain menelan ludahnya dengan sangat  kasar, ia hanya bisa mengehela napas kasar dan mrnatap Emilia pasrah. "Mengapa kau tidak mengatakan hal ini sebelumnya? Oh ok. Aku yang salah karena macam – macam pada Putri Kerajaan Hardland. Maka aku akan terima konsekuensinya.." ujar Zain

'Lagi pula aku juga di perintahkan oleh atasan untuk segera terbang ke Inggris dan meninggalkan semua urusan di China. Tidak ku sangka akan ada alasan untukku pergi ke sana. Hanya saja, siapa yang akan menjaga Silvia jika aku dan Ludius tidak ada?'. Batin Zain.

"Hei, Zain. Kau melamun lagi? Apa yang sedang kau pikirkan?". Tanya Emilia menyadarkan lamunan Zain.

"Aku sedang memikirkan, siapa yang akan menjaga Silvia jika aku dan Ludius terbang ke Hardland?". kata Zain tanpa bersalah ia mengatakan itu di depan Emilia, membuat Emilia terlihat cemburu.

"Bisa tidak kau tidak mengatakan nama wanita lain di depan calon istrimu. Menyebalkan! Ayok Kakk, kita tinggalkan pria brengsek ini disini!". Sentak Emilia dengan sarkas. Ia marah bukan main mendengar Zain mengkhawatirkan Silvia, padahal mereka baru saja menyatakan bertunangan di depan publik

"Menyebalkan!". Gerutu Emilia.

"Dasar anak muda jaman sekerang. Masih saja melakukan hal konyol seperti ini dan mengatakan itu adalah cinta. Maka dari itu kakak tidak suka kau memiliki seorang kekasih, dan lihat.. akhirnya seperti ini, kan?". Sindir Pangeran Richard.

"Kak, kau menang. Pria brengsek itu memang tidak pernah PEKA dengan perasaan orang lain. Menyebalkan!"..

Pangeran Richard dan Emilia sudah keluar dari gedung pertemuan. Pasukan khusus yang mengikuti mereka sudah siap berdiri di depan gedung mrnunggu laporan. "Yang Mulia, apa perintah anda selanjutnya?". Tanya Dixie sang kepala keamanan yang selalu bertugas menjaga Emilia.

Dixie ini sebenarnya sangat sakit hati dengan apa yang di dengarnya siang ini saat konferensi pers berlangsung. Pasalnya, ia sangat mencintai Emilia, tapi justru pria Zain yang tidak tahu asal usulnya menjadi calon dari Emilia. Dari tampangnya saja sudah kelihatan, bara api kecemburuan dan ketidak terimaan membara di kedua matanya.

"Kita akan kembali ke Mansion sambil menunggu kabar dari Tuan Lu!". Jawab Pangeran Richard.

"Baik Yang Mulia.." Dixie menghadap ke seluruh pasukannya. "Dengar semua, Yang Mulia sudah tidak ada urusan lagi disini, kita akan kembali ke Mansion sekrang juga!".  Perintah Dixie.

Pangeran Richard dan Emilia memasuki mobil yang sudah di parkirkan di pelataran gedung pertemuan.  Sedangkan Zain yang berjalan di belakang mereka di cegat oleh Dixie. "Tunggu, Tuan Zain!". Cegat Panglima Dixie.

"Aku tidak mengenalmu. Menyingkirlah!". Balas Zain kasar.

"Kau berani berbicara kasar padaku!". Dixie yang terbakar amarah menyombongkan diri. Ia melipat kedua tangan sambil membusungkan dadanya. Seolah sedang memberi tahu bahwa dia adalah orang terkuat di Hardland. sang panglima Agung.

"Tentu saja berani, memang siapa kau!". Tantang balik Zain dengan kasar.

"Aku adalah Panglima tinggi yang di utus untuk menjaga keamanan Putri Emilia.." belum selesai Panglima Dixie berbicara, Zain sudah menyela terlebih dahulu perkataannya.

"Kau hanya seorang Panglima yang di utus menjaga Emilia. Lalu apa urusannya denganku. Kau mau menantangku karena aku bisa menjadi tunangannya dan kau tidak?! Pikiranmu cukup picik dan dengki juga. Pantas Emilia tidak pernah melihat kearahmu!". Zain menepuk pundah Dixie. "Aku sarankan lebih baik kau ubah pemikiran picik dan dengkimu, Tuan Panglima. Karena hal itu bisa membuatmu menjadi gelap mata dan akhirnya kehilangan segalanya! Aku pergi dahulu", ujar Zain. Ia pergi meninggalkan Dixie yang geram dengan semua tingkah Zain.

Ia mengepalkan kedua tangannya menahan amarah. "Awas saja kau Zain! Aku tidak akan membiarkan kau bisa memiliki Emilia semudah itu. Tunggu saja pembalasan dariku!". Gerutu Dixie. Ia terlihat sangat marah. Saking marahnya sampai menggertakkan giginya.