Chapter 428 - 428

'Kau mengatakan itu karena kau belum mendengar setengah fakta dari Silvia yang kemungkinan masih salah satu anggota Kerajaan Hardland.' batin Ludius. Tapi ini Ludius simpan untuk menjaga kondisi Silvia tetap aman dari orang Kerajaan Hardland yang kemungkinan menginginkan nyawanya.

["Hallo Pangeran Richard. Maaf membuat anda lama menunggu.."] sapa Ludius di ujung telepon.

["Tidak masalah, ada hal yang ingin aku tanyakan padamu. Bagaimana kondisi Silvia saat ini? apakah Dokter yang sudah aku perintahkan untuk terbang ke Indonesia masih juga belum datang?"]

["Belum, Dokter yang Pangeran perintahkan untuk memeriksa kondisi Silvia masih juga belum datang."]

["Oh. Baiklah.. Aku akan menghuunginya dan memastikannya sudah ada di mana saat ini. aku juga tidak bisa membantu lebih dari ini. aku hanya berharap kondisi Silvia lekass membaik"]

["Baiklah, aku akan menunggu kembali kabar nya dari anda, Pangeran. Kalau begitu, saya tutup teleponnya."]

Tut tut tut..

Telepon terputus dan sekali lagi, Ludius masih belum menemukan kepastian tentang cara mengobati luka yang ada dalam rahimnya.

"Jadi apa yang di katakan Pangeran Richard?". Tanya Linzy

"Beliau sedang mengutus Dokter terbaiknya untuk terbang ke China demi melihat kondisi Silvia sebenarnya."

Dari arah pintu, terdengar langkah berat seseorang dan sebuah ketukan pintu. "Nak, boleh Ibu masuk ke dalam?". Tanya Ibu Yuliana di depan pintu.

"Masuk saja Bu,." Balas Ludius. Ia beranjak dari duduknya untuk menyambut Ibu Yuliana yang datang ke kamarnya pasti karena membawakan makanan untuk Silvia, pikirnya.

"Nak, Ibu bawakan bubur untuk Silvia dan beberapa snak camilan dan minuman untuk menyuguh tamu kita.." kata Ibu Yuliana.

"Terima kasih, Bu. Sebenarnya Ibu tidak perlu repot – repot membawakan kami makanan. Aku bisa meminta pelayan untuk membawakan hidangan untuk Dokter Linzy". Ludius mengambil alih nampan yang cukup besar karena isinya berbagai macam makannan dan membwanya ke meja.

Dari ujung pintu, Ibu Yuliana melihat dengan mata basah kondisi Silvia yang terlihat cukup jelass sangat lemah. Ia perlahan berjalan menghampiri put semata wayangnya. Tepat  saat berdiri di samping Silvia, Ibu Yuliana menyentuh wajah Silvia yang lembut namun terlihat tirus.

"Nak Ludius, mengapa kondisi Silvia bisa sampai seperti ini?". tanya  Ibu Yuliana dengan menahan perasaan sedih dan terlukanya. Ia ingin marah pada Ludius juga sepertinnya tidak mungkin. Maka Ibu Yuliana hanya bisa diam menahan air matanya agar tidak jatuh.

Dari nada bicaranya, sudah jelas Ibu Yuliana sangat terluka, kecewa bahkan sangat membenci hal ini terjadi pada Putrinya. Hal ini menjadi pukulan berat bagi Ludius yang saat ini adalah suami sah Silvia. Ia menghampiri Ibu Yuliana dan memegang pundak beliau dari belakang.

"Maafkan putramu ini Bu. Aku memang anak yang tidak tahu diri karena telah membuat Putri Ibu mengalami semua hal ini. aku memang pantas di benci olehmu Ibu.."

Ludius mengubah posisinya menjadi berdiri di samping Ibu Yuliana. Ia bersimpuh di bawah kaki Ibu Yuliana yang sedang duduk menatap dengan sendu putri semata wayangnya. Ia tahu bahwa semua yang di alami Silvia adalah karenanya. Karena dia yang selalu membawa Silvia ke dalam pusaran musuh yang tidak akan ada habisnya.

Seorang Ludius, CEO sekaligus ketua Organisasi Naga Imperial yang menguasai Daratan China tunduk di depan Ibu mertuanya. Iya bersimpuh di bawah kaki Ibu Yuliana yang masih diam tidak membalas atau berbicara sepatah katapun.

"Katakan, bagaimana kondisi Silvia bisa sampai seperti ini? apakah ini akibat dari peluru yang pernah menembus rahimnya?". Tanya Ibu Yuliana perlahan dengan menahan air mata dan amarah sebaik mungkin.

Meski hati Ibu Yuliana dongkol dan terluka dengan semua yang terjadi, tapi sekali lagi itu memang tidak di sengaja oleh Ludius. Mau marah atau bagaimanapun, Ibu Yuliana tetap tidak berhak melakukannya.

"Be.. nar. Luka ini di akibatkan karena peluru yang pernah menembus rahim Silvia dan membuat rahimnya mengalami kerusakan di jaringan sselnya. Dan di saat seperti ini, Tuhan justru memberikan kami berkah dengan kehamilan janin kembar. Meski dari Dokter mengharuskan Silvia mengaborsi kandungannya, namun Silvia bersikukuh untuk mempertahankan janin dalam kandungannya. Sekali lagi maafkan aku. Ibu boleh membenci dan menghukum putramu yang berdosa ini".

Ludius masih belum beranjak dari posisinya yang bersimpuh di kaki Ibu Yuliana sebelum beliau mau mengatakan suatu hal pada Ludius. Sakit hati Ibu Yuliana sebesar apapun tetap saja ia tidak bisa menyalahkan siapapun. Ia hanya sedikit menyesal, mengapa menyerahkan Silvia di tangan Ludius?,

Dengan tanpa memandang ke arah Ludius, Ibu Yuliana meminta Ludius untuk berdiri. "Bangun Nak, tidak baik kamu melakukan ini di depan tamumu. Aku tidak menyalahkanmu atas hal yang terjadi pada Silvia. Ini mungkin sudah menjadi takdir Silvia untuk belajar melawan lukanya". Kata Ibu Yuliana, matanya yang basah segera ia usap mencoba untuk tetap tegar di depan menanttunya.

Linzy yang duduk di sofa terus memperhatikan apa yang di lakukan Ludius pada Ibu Yuliana. Bagi Linzy yang sudah mengenal Ludius sejak kuliah, ini adalah pertama kalinya Linzy melihat seorang Ludius merendahkan dirinya serendah mungkin di depan orang lain.

"Ternyata kamu sudah sungguh berubah, Ludius. Kamu bahkan berani menunduk di depan Ibu Yuliana yang secara tidak langsung adalah orang lain. Aku benar – benar melihat mu saat ini seperti melihat orang lain". Gumam Linzy.

Sepertinya sudah saatnya ia untuk pergi, ia tidak ingin mengganggu pembicaraan anak dan Ibu mertuanya. Tanpa berbicara ia mengambil tas yang ada di meja rias, baru Linzy berpamitan untuk kembali.

"Ibu yuliana, kondisi Silvia sudah stabil. Dia sedang tertidur untuk memulihkan kondisinya saat ini. mengenai keadaan Silvia lebih lanjut, saya hanya bisa memberi jawaban bahwa kita masih harus menunggu di karenakan obat untuk penyembuhan luka di rahim Silvia belum ada. Alasan ini mengacu pada sel dalam tubuh Silvia adalah jenis sel yang langka. Karena peluru kaliber tinggi membuat jaringan sel dalam rahim rusak dan kami belum bisa menemukan solusi untuk mengembang biakkan sel langka dalam tubuhnya. Terima kasih". Kata Linzy.

"Terima kasih sudah merawat Silvia. Mari,, saya antarkan anda keluar, Dok.." kata Ibu Yuliana, ia beranjak dari duduknya tanpa menghiraukan Ludius yang masih bersimpuh di bawah kakinya.

Karena tak tega, Ibu Yuliana mengangkat tubuh Ludius agar dia berdiri. "Temanilah Silvia, aku akan mengantar Dokter keluar!". Kata Ibu Yuliana dengan kasar.

Ludius berdiri dari bersimpuh di bantu Ibu Yuliana. Namun setelah itu, Ibu pergi mengantar Linzy keluar dari kamar tanpa menghiraukan Ludius yang ada di belakangnya.

"Maafkan aku Ibu, ini semua memang salahku..".