Chapter 432 - 432. Rencana Kepergian Ke Kerajaan Hardland

Setelah mendapat telepon dari Pangeran Richard, Ludius kembali menyuapi Silvia. "Maaf Sayang, makannya di lanjut yah.." pinta Ludius.

"Aku sudah kenyang Ludius, bisa kamu katakan, apa yang Pangeran Richard bicarakan denganmu?" tanya Silvia ragu – ragu.

"Kalau ada yang ingin di tanyakan. Katakan saja Syang. Tadi aku sedang membahas mengenai Dokter yang di datangkan dari Kerajaan Hardland. Jadi ke dpannya kamu bakal di rawat olleh Dokter baru ini, namanya Dokter Martin. Aku harap kedepannya kamu menjadi lebih sehat Sayang.." kata Ludius membelai surai rambut Silvia.

"Hanya saja aku sedikit sedih dan kecewa, suamiku. Mengapa kamu pergi dan mendorong istrimu sendiri pada pria lain? Meski itu hanya seorang Dokter tapi dia tetaplah pria. Mengapa kamu sampai melakukan sejauh ini Ludius? Aku tidak bisa menerimanya!". Tolak Silvia tegas.

"Percayalah padaku, Sayang. Ini karena demi kebaikanmu. Jika kamu terus menolak, aku tidak bisa menghadap Ibu Mertua karena gagal menjaga dan merawat mu dengan baik." Jawab Ludius datar.

Ia memang bingung, apa yang seharusnya di lakukan olehnya. Apakah keputusannya sudah benar dengan melakukan hal ini? Lalu, apakah aku sudah salah karena mengabaikan Silvia?

Pertanyaan demi pertanyaan singgah dalam pikiran Ludius, ia semakin sulit meninggalkan istri tercintanya. Tapi mau bagaimana lagi, jika ingin mendapat kebenaran, maka harus ada pengorbanan. Maka dari itu, sudah di putuskan.. Ludius pasti akan pergi.

"Sayang, istirahatlah.. aku akan mengurus segalanya terlebih dahulu." kata Ludius, ia kembali membaringkan Silvia agar dia bisa beristirahat.

"Jadi kamu benar – benar akan pergi, Suamiku.." awalnya raut wajah Silvia terlihat kecewa, namun tidak berselang lama ia melebarkan senyum. "Baiklah, hati – hati suamiku. Aku akan selalu menunggu video call darimu dan semua hadiah yang kamu dapatkan dari Kerajaan Hardland".

Meski ia melebarkan senyumnya, nyatanya hati Silvia menangis. Tapi sudahlah.. ini mungkin salah satu permainan Takdir yang Tuhan siapkan untuknya dan Ludius. Jadi terima saja..

"Terima kasih atas pengertianmu, Sayang. Aku pasti akan selalu memberimu kabar. Setidaknya kejadian 2 tahun yang lalu takkan pernah terjadi". Jawab Ludius. Ia tahu, cara yang Ludius lakukan 2 tahun lalu demi membongkar kebusukan Jonathan Nero memang telah menyakiti Silvia.

Silvia pura – pura memejamkan mata agar membuat Ludius fokus dengan apa yang sedang di kerjakannya. Sedangkan Ludius sendiri memilih untuk mandi terlebih dahulu sambil menunggu laporan terakhir mengenai keadaan Perusahaan. Agar saat Ludius pergi nanti, Wangchu yang mewakilinya tidak keteteran.

-

1 jam kemudian.

Setelah selesai mandi dan memakai setelan kemeja dan jas hitam khas Ludius, ia yang sedang ada di depan cermin sedang memakai jam tangan swiss. Silvia yang pura – pura tertidur terus memperhatikan Ludius sejak Ludius keluar dari kamar mandi.

Pesona Ludius memang tidak pernah berubah meski karakternya sudah sedikit hangat. Melihat dada bidang yang terbentuk indah membuat Silvia memikirkan hal yang mampu membawanya menuju alam imajinasi.

Entah Ludius tahu atau tidak dengan keusilan Silvia yang terus mencuri pandang dirinya, akan tetapi Ludius tetap diam tanpa mengatakan apapun. Mungkin dia sengaja tidak mengatakannya, agar Silvia puas memandang tubuh Ludius. Pasalnya kalau Ludius sengaja memergoki Silvia memandang dirinya itu juga percuma, karena itu, diam lebih baik.

Setelah selesai memakai jam swiss, Ludius keluar dari kamar pengantin. Namun sebelum itu, kecupan hangat melesat ke bagian kening dan bibir ranum Silvia. "I Love you baby.. di manapun aku berada, kamu adalah satu – satunya yang ku cintai" kata Ludius. Ia melanjutkan langkahnya keluar dari kamar sambil membawa ponselnya.

"Bibi Yun.." Panggil Ludius setelah ia mnuruni tangga dan berjalan perlahan menuju ruang tamu. Namun langkahnya terhenti saat Bibi Yun menghamprinya.

"Maaf Tuan, ada yang bisa saya bantu?". Tanya Bibi Yun pada Tuannya.

"Apakah semua keperlluan ku sudah di persiapkan, Bi? 1 jam lagi aku akan ke bandara". Tanya Ludius pada Bibi Yun.

"Sudah Tuan, semua keperluan yang akan di bawa pergi semua sudah saya siapkan dan sudah ada di bagasi mobil".

"Bagus. Oh ya dimana Ibu Mertua? Aku tidak melihatnya?"

"Nyonya besar sedang berada di kamarnya. Mungkin sedang memberesekan sesuatu. Apa perlu saya panggilkan, Tuan?". Tanya Bibi Yun.

"Tiidak perlu! Aku akan menemuinya sendiri. Ohya selama kepergianku, tolong perhatikan pola makan Nyonya mu, dia kadang makan sembarangan. Dan satu hal lagi, jika Dokter Martin kemari untuk memeriksa Silvia, aku harap Bibi mengawasinya, aku merasa masih ada yang tidak beres dengannya". Perintaah Ludius.

"Baik Tuan, saya akan mengawasi Dokter Martin begitu beliau kemari untuk merawat Nyonya."

Ludius pergi ke kamar tamu untuk menemui Ibu Yuliana, lebih tepatnya meminta restu atau mohon diri untuk pergi ke Kerajaan hardland, serta menitipkan Silvia padanya.

Di depan kamar yang di tempati Ibu Yuliana, Ludius sangat gugup untuk masuk ke dalam. Di dalam hidup Ludius, hal yang membuatnya takut bukanlah musuh atau jebakan yang membentang di depan mata, melainkan adalah amarah dari istri dan Ibu mertua.

Sekali membuat istri sakit hati, bisa di pastikan Ludius Lu ketua dari Naga Imperial akan di pecat menjadi menantu keluarga Al farezi. Membayangkannya saja sudah membuuat Ludius merinding.

Tok tok tok

"Permisi Bu, bolehkah putramu ini masuk?". Tanya Ludius ramah dan pelan sambil mengetuk pintu.

"Silahkan masuk, Nak. Pintunya tidak di kunci.. Ibu sedang membereskan pakaian, jadi tidak bisa menyambutmu di depan". Seru Ibu Yuliana dari dalam. Kelihatan sekali Ibu Yuliana sedang tidak dalam mood baik, dari caranya berbicara saja sudah di pastikan beliau sedang menjaga jarak dari Ludius.

Karena sudah mendapat izin, Ludius masuk ke dalam dan melihat Ibu Yuliana sedang duduk di sofa sambil membereskan pakaiannya. Ia sama sekali tidak melihat atau melirik ke arah pintu dan seakan tidak menganggap kehadiran dari Silvia.

"Aku tau ibu kecewa dan marah dengan keadaan Silvia, terlebih lagi Putramu datang kali ini adalah untuk meminta izin pergi dalam beberapa hari ke Kerajaan Hardland." kata Ludius yang sudah berdiri di samping sofa.

Ibu Yuliana berhenti melakukan aktifitasnya, ia meletakkan pakaian yang sedang di lipatnya. Dan melihat ke arah Ludius. "Kerajaan Hardland?!". kata Ibu Yuliana dengan mengeryitkan keningnya.

"Ada urusan apa kamu pergi ke Kerajaan Hardland, Nak?". Tanya Ibu Yuliana, ia nampak serius dalam mengatakannya. Sepertinya Ibu Yuliana memang mengetahui sesuatu mengenai Kerajaan Hardland.

"Dari cara Ibu bertanya, apakah Ibu tahu mengenai Kerajaan Hardland? setahuku aku belum pernah mengatakan hal ini pada Ibu.." kata Ludius, ia sengaja memutar balikkan perkataan Ibu Yuliana untuk mrmbuatnya terpojok dan mau mengatakan yang sebenarnya jika Ibu Yuliana memang mengetahui sesuatu.