Chapter 433 - 433. Apa yang Ibu ketahui tentang identitas Silvia?

"Dari cara Ibu bertanya, apakah Ibu tahu mengenai Kerajaan Hardland? setahuku aku belum pernah mengatakan hal ini pada Ibu.." kata Ludius, ia sengaja memutar balikkan perkataan Ibu Yuliana untuk mrmbuatnya terpojok dan mau mengatakan yang sebenarnya jika Ibu Yuliana memang mengetahui sesuatu.

Ibu Yuliana tidak lantas menjawab pertanyaan Ludius. Meski sudah mendapatkan pertanyaan yang membuat Ibu Yuliana sepintass kaget, namun dalam sekejap ia dapat menenangkan dirinya. "Ibu tidak tahu, hanya pernah mendengarnya di berita. Kalau Nak Ludius ingiin pergi, Ibu akan menjaga Silvia sebaik mungkin di sini." kata Ibu Yuliana, terlihat sekali ia sedang mengalihkan pembicaraan.

"Oh, jadi Ibu tidak tahu. Kalau begitu, Putramu ini takkan menanyakannya kembali. Mengenai kepergianku, aku benar – benar berterima kasih Ibu mau kemari dan menjagakan Silvia. Meski aku yakin Ibu tidak akan pernah memaafkan kesalahan putramu ini". Ludius menunduk memberi hormat pada Ibu Yuliana.

"Aku menjaga Silvia karena dia adalah putriku, bukan karena dia adalah istrimu, aku tidak akan menyalahkan siapapun atas kejadian ini. Semua ini adalah Takdir. Kita sebagai manusia tidak akan bisa mengelak dari Takdir yang sudah di tentukan. Kau boleh pergi.." Ibu Yuliana berbicara tanpa ekspresi sambil terus melipat pakaian yang sejak kemarin masih di dalam koper.

"Terima kasih atas kepercayaan Ibu, putramu ini undur diri. Permisi.." Ludius yang tidak akan mendapat tatapan hangat dari Ibu Yuliana untuk sementara mengalah dan keluar dari kamar beliau.

"Tunggu Nak.." cegah Ibu Yuliana.

Langkah Ludius terhenti, ia kembali menghadap Ibu Yuliana. "Ada hal apa yang Ibu inginkan dariku?" tanya Ludius.

Terlihat Ibu Yuliana menghela napas pelan, ia meletakkan kembali pakaiannya. Ia mengambil sesuatu dari dalam saku pakaiannya dan menggenggamnya dengan erat. "Nak Ludius, kemarilah.."pinta Ibu Yuliana pada Ludius, membuat Ludius semakin penasaran dan di jawab dengan sebua anggukan.

Ludius mendekat dan duduk di samping Ibu Yuliana. "Apa yang Ibu inginkan dari ku?". Tanya Ludius kembali.

Ibu Yuliana menarik tangan kanan Ludius dan memberikan sebuah lencana pada nya. "Nak, Ibu titipkan benda ini padamu. Ini adalah benda peninggalan Ayah dari Silvia". Kata Ibu Yuliana.

Begitu Ludius melihatnya, ia tercengang bukan main. Di tangannya kali adalah sebuah lencana Kerajaan yang sama dengan milik Pangeran Richard dan Putri Emilia. Di katakan lencana Kerajaan adalah sebuah identitas resmi bahwa mereka masihlah Keluarga Kerajaan. Lencana Kerajaan yang saat ini ada di tangan Ludius adalah sebuah benda terbuat dari emas murni yang di bentuk seperti bintang dengan tengahnya di pahat sebuah bentuk pulau.

"Ibu, katakan dengan jujur.. siapa Ayah mertua sebenarnya? Mengapa Ayah mertua memiliki lencana Kerajaan yang seharusnya ada di tangan Raja saat ini?" tanya Ludius serius.

"Ibu tidak bisa memberitahunya sekarang. Semua terjadi begitu cepat dan ada banyak hal yang harus di selidiki lebih lanjut. Jika waktunya tiba, Nak Ludius passti akan mengetahui dengan sendirinya. Hanya satu permintaan Ibu padamu, Nak". Kali ini Ibu Yuliana sangat serius memandang Ludius.

"Jangan sampai lencana ini jatuh ke tangan orang lain, dan simpan rahasia ini sebaik mungkin dari semua orang, entah itu Anggota Keluarga Kerajaan, terutama Silvia. Jangan sampai anak itu mengetahuinya."

"Mengapa Ibu sangat menyembunyikan hal ini pada semua orang dan justru saat ini memberi tahukannya padaku semuanya?".

"Itu karena Ibu percaya padamu, Nak. Ibu percaya kamu dapat menjaga Silvia dengan baik di masa mendatang." Kata Ibu Yuliana dngan raut wajah cemas. Mungkin karena Ibu Yuliana sadar tidak akan bisa menyembunyikan kenyataan lain yang sebenarnya dari Silvia atau pun suaminya.

"Jadi ini alasan Pangeran Richard sekali melihat Silvia begitu familiar. Aku hanya tidak habis pikir.. Bagaimana bisa Silvia masih berhubungan dengan keluarga Kerajaan?"

"Jadi salah satu anggota Keluarga Kerajaan sudah ada yang menyadari keberadaan Silvia?! Kedepannya kehidupan Silvia akan lebih berat dari yang di jalaninya sekarang. Mengenai alasan bagaimana Silvia masih memiliki hubungan dengan anggota Keluarga Kerajaan. Ibu tidak bisa mengatakannya sekarang. Yang Ibu harapkan dari Nak Ludius adalah menyimpan rahasia ini dengan sangat baik, jangan sampai ada orang lain yang curiga bahkan sampai tahu." Kata Ibu Yuliana menasehati.

"Lalu bagaimana dengan Pangeran Richard yang sudah mulai curiga dengan Identitas Silvia? Apakah aku juga harus membungkamnya, Bu?".

"Tidak perlu, Nak Ludius cukup dekati dan awasi. Cari tahu alasan sebenarnya apa motif di balik Pangeran mencari anggota Keluarga Ibu Suri yang sebenarnya. Jika dia cukup meyakinkan, hal ini akan baik kedepannya, dan bisa menjadi kekuatan bagi Silvia jika waktunya tiba nanti". Ibu Yuliana menerangkan panjang lebar mengenai masalah umunya.

Ludius tidak menduga, bahwa Ibu Yuliana sangat cerdas dalam membuat strategi dalam Kerajaan. Beliau sangat tahu dan memahami tindakan apa yang harus di ambil dalam setiap kondisi dan situasi. Pemikiran orang seperti Ibu Yuliana akan sangat berguna jika di tempatkan sebagai tokoh permaisuri dalam harem kerajaan, sangat bijak dan licik di waktu yang bersamaan.

"Jangan memandangku seperti itu Nak Ludius. Ibu tahu apa yang sedang kamu pikirkan." Ibu Yuliana melipat kembali pakaian yang sedang di rapikan. "Jika ingin bertahan dalam Keluarga Bangsawan, ada kalanya kamu berpikir bijak dan licik secara bersamaan.  Terlalu polos akan membawamu dalam kesengsaraan, terlalu licik maka akan berdampak buruk di masa depan. Aku harap Nak Ludius memahami apa yang Ibu katakan, karena Silvia terlalu polos, maka dari itu semua hal tentangnya, Ibu serahkan padamu".

"Ibu tidak perlu khawatir. Putramu ini akan menjaga Silvia sebaaik mungkin. Sudah saatnya aku harus pergi.." Ludius beranjak dari duduknya, ia memberikan salam terakhir sebelum akhirnya pergi dari hadapan Ibu Yuliana.

Setelah kepergian Ludius, Ibu Yuliana menghela napass panjang. Ia langsung bersandar di sofa sambil memejamkan mata. "Suamiku.. Akhirnya Putrimu menikahi suami yang tepat. Semoga kamu beristirahat dengan tenang di alam sana. Menantumu sangat mencintai istrinya, aku yakin menantu kita akan mendukung sepenuhnya Silvia di masa mendatang.." gumam Ibu Yuliana.

-

Di ruang tamu Silvia ternyata sudah duduk di sof sambil menunggu Silvia keluar dari kamar Ibu Yuliana. "Apa saja yang kamu bicarakan dengan Ibu, Suamiku?". Tanya Silvia selidik.

Ludius yang baru saja masuk ke ruang tamu mendapati isteri nya sedang menunggu dirinya membuat Ludius tersenyum melebarkan senyumnya. "Eh, Sayang.. kamu sedang apa duduk sendirian di soofa?". Tanya Ludius basa basi.

"Tentu saja menunggumu, suamiku." Silvia berdiri darei duduknya, ia dengan tangan bersedekap memandang ke arah Ludius. "Katakan, apa saja yang sudah kmu bicarakan dengan Ibu? Mengapa terlihat sangat rahasia?". Tegur Silvia.