Chapter 435 - 435. Hampa hati Silvia tanpa Ludius Tercinta

"Maaf saja jika aku terlalu kaku dan tidak bisa menjadi pria yang kamu harapkan. Sekarang belum terlambat jika kau ingin pergi dari sisiku." Perkataan Zain memang sungguh sangat kaku. Wanita mana yang mau dengan pria se kaku Zain. Mungkin hanya Putri Emilia saja yang mau, karena pada kenyataannya Emilia adalah wanita yang agresif.

Di saat dua insan sedang di mabok asmara, Ludius malah duduk seorang diri sambil menikmati ke kemapaan dirinya yang saat ini sudah jauh dari istri tercinta.

Pesawat telah take off beberapa menit yang laluu, masih tidak bisa menggunakan ponsel sampai kondisi pesawat stabil. Ludius hanya bisa memejamkan mata sebentar sampai ada pemberitahuan pesawat sudah landai di ketinggian tertentu.

***

Sore ini baru 1 jam Silvia di tinggal Ludius rasanya sudah kangen saja. Berasa seperti sudah tidak bertemu selama 1 tahun lamanya. Lebay.. biarin, ini ungkapan rasa rindu, kalian mana mungkin tahu bagaimana perasaan Silvia saat di tinggal pergi suami padahal kondisinya dalam keadaan tidak baik.

Lagi pula kalau mau ikut juga tidak mungkin, kandungan Silvia lemah, masih mau naik pesawat?! Yang ada di tengah jalan bisa – bisa mengalami pendarahan. Itu yang di katakan Dokter. Silvia hanya bisa menggerutu sambil menatap layar ponsel dengan duduk bersandar di sofa ruang tamu.

"Nyonya.. ini susunya, Tuan yang meminta Bibi untuk terus mengawasi pola makan Nyonya.." Kata Bibi Yun yang baru saja datang membawa nampan berisi segelas susu dan menaruhnya di meja depan Silvia.

"Ternyata Ludius sampai seperti itu sebelum pergi?!" remeh Silvia.

"Walau Tuan Lu seperti itu, terlihat remeh.. Tapi beliau adalah pria yang sangat teliti dengan segalanya. Maka dari itu, Tuan Lu selalu mengingatkan Bibi untuk terus mengawasi pola makan Nyonya dan kebiasaan Nyonya. Nyonya terlalu menyepelekan kondisi diri sendiri, inilah yang membuat Tuan Lu khawatir".

Mendapat teguran atas nama Ludius membuat Silvia tidak bisa berkutik. Ia meminum susu yang Bibi Yun bawakan. "Uhm.. rasanya lumayan, walau aku tidak terlalu suka susu.." kata Silvia memberi penilaian. "Ohya Bi, bisa buatkan aku sandwich? Aku ingin camilan itu untuk menemaniku menunggu video call dari Ludius". Kata Silvia terang – terangan.

Bibi Yun hanya bisa terkekeh menahan tawa melihat sikap majikannya yang sedang di rundung rindu. "Baik Nyonya, saya akan buatkan sandwich. Tunggu sebentar.." Bibi Yun pergi ke dapur untuk membuatkan sandwich,

Setelah Bibi Yun pergi, Silvia melanjutkan menatap layar ponselnya bagai orang bodoh yang menunggu panggilan dari kekasihnya. "Ayolah, mengapa kamu belum telepon juga.." gerutu Silvia. Bawaan orang hamil memang aneh, seperti yang di rasakan Silvia saat  ini. baru di tinggal 1jam yang lalu tingkahnya langsung berubah aneh, memandangi ponsel dengan menggerutu seorang diri.

"Kamu sedang apa Silvia? Tidak baik melamun sendirian sore – sore begini.." tegur Ibu Yuliana.  Ia menghampiri Silvia dan duduk di sampingnya

"Aku sedang menunggu video call dari Ludius, sayang saja sampai sekrang tidak ada panggilan masuk sama sekali. Menyebalkan.."

Ibu Yuliana seketika mengelus dada melihat sikap anaknya yang menjadi manja sejak hamil. Padahal Silvia adalah wanita yang cukup bijaksana dan mandiri, tidak menyangka semenjak hamil menjadi manja dan cengeng seperti ini..

"Suamimu baru saja pergi. Mungkin saat ini pesawat baru saja take off, Nak. Mendingan kamu mandi saja dulu yah.. Ibu mau masak makan malam.." kata Ibu Yuliana menasehati.

"Baiklah, aku akan mandi terlebih dahulu. nanti kalau ada telefon dari Ludius, katakan padaku, yah." Silvia beranjak dari duduknya dengan malas. Ia melanjutkan langkahnya menaiki tangga untuk kembali ke kamar.

Ibu Yuliana sendiri ke dapur untuk membantu Bibi Yun membuat makan malam yang cukup spesial, setidaknya wajah Silvia yang terus di tekuk tidak sampai kusut.

***

-Mansin Elit Lian Lian.

Sore hari ini Lian lian baru saja kembali dari kantor bersama Huan. Karena demi menjaga Huan agar tidak mengganggu Ludius dengan mengatakan hal yang sebenarnya tentang surat wasiat yang di tinggalkan Ibunya, Lian lian terpaksa memberi tumpangan Huan Xian di rumahnya.

"Kau mandilah, lalu kita akan makan malam bersama.." Kata Lian lian begitu mereka sampai di dalam mansion. Lian lian melepas jasnya lalu melemparkannya di sofa. "Paman Wu..!" panggil Lian lian

"Aku akan mandi terlebih dahulu, lalu membuatkan makan malam untukmu." Sahut Huan xian.

"Tidak perlu, lagi pula Paman Wu juga sudah membuatkan kita makan malam. Kau selesaikan saja tugas kantor yang tadi belum selesai!". Perintah Lian lian dngan datar, dasar muka tanpa ekspresi memang.

"Tahu dari mana aku bellum menyelesaikan tugas kantorku?!" tanya Huan xian dengan nada menantang.

"Jangan pancing amarah ku Huan, aku tahu tugas kantor belum kau selesaikan. Tadi seseorang mengatakannya melaporkannya padaku. Kau tahu bukan, dokumen – dokumen itu sangat penting! Jika tidak segera di selesaikan, aku khawatir klien akan merasa kinerja Perusahaan kita BURUK!", kata Lian lian dengan tegas.

"Aku capek Lian lian. Mengapa kau terus membebaniku dengan begitu banyak pekerjaan, aku juga manusia!". Sentak Huan xian balik.

Amarah Lian lian mulai terpancing. Ia menoleh ke arah Huan dan mencengkram dagu Huan. "Dengar baik – baik Nona Huan Xian Zhu! Ingatlah bahwa kamu hanya menumpang tidur di rumahku. Jika kau memang sudah tidak butuh tempat tinggal, aku dengan senang hati menendangmu keluar dari Mansion ini!". ancam Lian lian.

'Maafkan aku Huan, aku sebenarnya tidak ingin melakukan hal ini. tapi ini demi kebaikanmu agar kamu belajar untuk hidup di dunia yang keras ini".

"Tapi aku capek Lian lian! Tidak bisakah kau memberikan waktu untukku istirahat?!".

"Aku tidak pernah melarangmu untuk istirahat, tapi aku hanya mengingatkanmu akan tugasmu. Jika ada yang sulit kau bisa bertanya padaku. Apa sangat sulit bagimu bertanya padaku?". Lian lian melepas cengkramannya, lalu pergi dari hadapan Huan xian. "Sudahlah, terserah kau!".

Lian melangkah menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Seharian ini Lian lian sudah cukup lelah karena harus mengeluarkan amarahnya pada Huan. Sebenarnya Huan bukanlah wanita yang kejam dan neko – neko, hanya saja kadang sikapnya membuat orang lain kesal. Entah karena terlalu polos atau memang Huan sengaja melakukannya. Yang jelas  itu membuat Lian lian lelah..

"Entah sampai kapan aku akan melakukan hal konyol seperti ini. menahan wanita agar tidak memberikan bukti surat wasiat pada Ludius. Meski Huan terlihat tidak memiliki niat tersembunyi, tetap saja, membahayakan pernikahan Ludius dengan Silvia, aku tidak bisa mengambil resiko ini. Apalagi saat ini mereka tengah terjerat skandal pelik dengan masa lalu mereka."