Chapter 447 - 447. Nyonya bahkan bisa memprediksi masa depan?!

Dokter Martin yang sudah berada di penghujung pintu menghentikan langkahnya. Ia berbalik arah dan melihat Silvia dengan tatapan aneh. "Siapa yang Nyonya Lu maksud? Daniel Qin?! Siapa lagi itu, maaf saya tidak mengenalnya. Jika Nyonya terganggu dengan perkataan saya tadi, maka lupakan. Tapi yang harus Nyonya ingat adalah kondisi anda akan memburuk seiring berjalannya waktu. Permisi.."

Dokter Martin melanjutkan langkahnya keluar dari kamar yang di tempati Silvia. Tatapanya terlihat aneh, mencurigakan dan terlihat sangat familiar. Ia dengan santai meninggalkan kamar Silvia dan tidak di sangka berpapasan dengan Bibi Yun yang diam – diam terus mengawasi di balik pintu.

"Mari.. saya antarkan Dokter Martin keluar.." kata Bibi Yun mencegat langkah Dokter Martin

"Bibi tidak perlu mengantar saya keluar dari mansion. Bibi jaga saja Nyonya Lu, kondisi Nyonya Lu ke depannya akan semakin memburuk. Saya akan rutin kemari sehari sekali. Jika ada kondisi Nyonya Silvia kembali memburuk, kabari saya segera". Kata Dokter Martin dengan senyum tenang berjalan melewati Bibi Yun yang diam di tempat.

Setelah Dokter Martin pergi dari hadapan Bibi Yun, ia turun dari tangga di antar menuju pintu depan mansion oleh salah satu pelayan yang di perintahkan Bibi Yun.

Kini Silvia seorang diri di dalam kamarnya, Bibi Yun langsung masuk ke dalam untuk melihat kondisi Nyonya mudanya. Begitu di depan pintu, Bibi Yun justru melihat Silvia sedang duduk bersandar di kasur sambil termenung melihat dengan tatapan kosong.

Mungkin yang sedang di pikirkannya saat ini adalah mengenai kondisinya yang semakin memburuk. Tidak  adanya Ludius di sisinya juga semakin membuat Silvia terpuruk dalam diam.

"Nyonya.." panggil Bibi Yun pada Silvia yang masih termenung, tapi tidak ada sahutan apapun. Bibi Yun memanggil sekali dua kali namun masih tidak ada sahutan sampai Bibi Yun sudah ada di samping Silvia dan menepuk pundak Silvia pelan. "Nyonya.."

"Eh.." Silvia tersentak kaget dan melihat ke arah Bibi Yun dengan raut wajah kaget. "Bibi Yun, ada apa Bibi kemari? Bagaimana dengan Dokter Martin, Bibi tidak mengantarnya keluar dari mansion?". Tanya Silvia terlebih dahulu untuk mengalihkan perhatian Bibi Yun dari sikapnya  yang jelas sekali terlihat sedang tidak dalam keadaan baik – baik saja.

"Jangan mengalihkan perhatian saya Nyonya.. Dokter Martin sudah di antar pelayan keluar dari Mansion. Semua pembicaraan Dokter Martin dan Nyonya, Bibi sudah mendengar sebagian besarnya." Kata Bibi Yun setengah berbisik. Ia hanya menjaga hal ini agar tidak ada orang yang datang tiba – tiba dan mendengar pembicaraan mereka.

"Jadi Bibi sudah mendengar semuanya, lalu menurut Bibi aku harus bagaimana?". Tanya Silvia dengan memandang Bibi Yun tanpa ekspresi seakan hal ini sudah di prediksi sebelumnya oleh Silvia.

"Nyonya, Bibi tidak bisa berkomentar apapun mengenai hal ini. Hanya saja pesan Bibi adalah Nyonya harus menjaga kesehatan lebih dari biasanya meski sakit yang di derita Nyonya belum ada obat yang bisa menyembuhkannya. Hidup dan mati seseorang tidak ada yang tahu kecuali sang Pencipta. Bukankah berusaha itu lebih baik dari pada pasrah?!".

"Perkataan Bibi memang benar, tapi Dokter Martin seperti sedang memperingatkanku kalau hidup dan matiku ada di tangan satu orang. Bukankah itu menjengkelkan? Hidup pun aku harus mengikuti permainan mereka, ini sama saja aku berhutang nyawa pada seorang rentenir yang kapan saja meminta bayarann berkali – kali lipat. Aku tidak bisa melakukan ini.." Silvia menggeleng – gelengkan kepalanya, seolah sudah putus asa dengan pilihan yang di berikan padanya.

"Jangan putus asa seperti itu Nyonya. Kita belum tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang. Lagi pula Tuan Lu juga belum memberi kabar. Siapa tahu dia mendapatkan sesuatu saat perjalanannya ke Kerajaan Hardland", kata – kata yang keluar dari mulut Bibi Yun memang sangat menenangkan. Ia bagai orang tua kedua bagi Silvia di saat seorang Silvia ingin mengeluh dan mengelurkan segala isi hatinya.

"Terima kasih Bi sudah menghiburku. Tapi aku tidak ingin berharap terlalu banyak. Dan aku harap Bibi Yun tidak melaporkan apapun pada Ludius mengenai kondisiku. Aku tidak ingin dia terganggu dengan perjalanan bisnisnya, apalagi ini menyangkut Kerajaan besar. Mereka menghubungi Ludius pasti bukan tanpa suatu alasan yang penting.."

Perkataan Silvia cukup bijak memang, tapi di lihat dari raut wajahnya sudah jelas Nyonya yang sedang mengandung anak kembar itu sedang gelisah, tertekan, resah dengan semua hal yang terjadi pada dirinya akhir – akhir ini.

"Nyonya mungkin tidak sadar, tapi semua yang ada di dalam mansion ini sudah terpasang kamera CCTV terutama di kamar Nyonya. Semuanya terhubung secara online dan dapat di akses khusus oleh Tuan Lu secara pribadi. Jadi semua yang terjadi pada Nyonya, secara otomatis Tuan Lu sudah mengetahuinya." Bibi Yun menjelaskan dengan tenang dan dari ekspresi Silvia yang biasa saja tanpa ada rasa keget, Bibi Yun juga sadar Nyonya nya tidak seburuk yang di kira.

Rupanya Silvia juga menyadari bahwa di dalam Mansion Lu pasti ada cctv yang di hubungkan khusus dan dapat di akses pribadi oleh Ludius. Dia hidup sudah 2 tahu lamanya dengan Ludius, tahu pasti seperti apa prianya yang cukup protektif di saat tertentu.

"Sudah kuduga, Ludius tidak mungkin meninggalkan ku begitu saja tanpa persiapan apapun. Dia pasti sudah mempertimbangkan matang – matang kepergiannya ke Kerajaan Hardland. Bibi Yun, kamu bisa keluar. Cari tahu apakah teman – teman yang di undang untuk barbeque an sudah datang.." perintah Silvia pada Bibi Yun.

"Baik Nyonya, ada lagi permintaan yang Nyonya minta?".

"Segera siapkan semua keperluannya. Jangan sampai orang – orang yang datang di buat tidak nyaman terutama kakak Lian dan wanita yang bersamanya." Tegas Silvia

"Tapi Nyonya, saya dengar wanita yang bersama Tuan Lian bermarga Zhu. Saya hanya takut..." perkataan Bibi Yun terhenti dan terpotong oleh Silvia yang langsung menatapnya tajam.

"Cukup Bibi Yun, jangan di teruskan. Aku mengundang mereka semua tidak lain untuk membangun relasi dan kekuatan untuk kedepannya agar menjadi semakin kokoh. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Semakin kuat kekuatan yang kita bangun, maka kemungkinan untuk bisa bertahan dari serangan luar adalah 100%. Ini semua aku lakukan demi masa depan yang akan suamiku jalani.." Silvia menghela napas panjang, ia tahu hal ini tidak akan semudah yang di bayangkan.

"Nyonya, apa anda mempunyai firasat di masa mendatang?". tanya Bibi Yun dengan heran.

'Seberapa peka  Nyonya Lu ini? dia bahkan bisa memprediksi masa depan?!'.