Chapter 491 - 491. Sepenggal rasa yang di rindukan

'Apa yang sebenarnya terjadi pada Azell,  mengapa dia kembali dalam keadaan tidak sadarkan diri? Azell pasti sangat ketakutan jika dia benar - benar sendirian di dala hutan.  Aku harus menemaninya, Azell pasti membutuhkanku saat ini'. Batin Silvia. 

Ia hendak menyusul Ludius ke kamar Azell, namun di cegah oleh Ibu Yuliana. "Silvia, Ibu akan menelfon Dokter terlebih dahulu untuk memeriksa keadaan Azell. Kamu kembalilah ke kamar dan beristirahat. Ini sudah malam". Saran Ibu Yuliana. Ia memang tidak ingin ada lagi dari anggota keluarganya terluka atau sakit. 

"Tidak Ibu, aku harus menemaninya di saat seperti ini. Azell adalah anak yang takut dengan gelap. Dia pasti membutuhkan teman saat ini". Sergah Silvia, menolak halus saran Bundanya. 

Karena sudah menjadi tabiat Silvia tidak bisa tinggal diam melihat orang di sekitarnya sakit atau teluka. Ia tetap saja menyusul Ludius untuk menemani Azell di sisinya. 

-

Malam telah larut, beberapa jam yang lalu Dokter telah memeriksa kondisi Azell dengan Silvia dan Ludius disana untuk mendengarkan penjelasan yang Dokter berikan. 

Saat ini mungkin sudah jam 12 malam, dan Silvia masih setia duduk di samping Azell hingga tertidur. Ludius yang waktu itu keluar untuk sementara waktu demi memeriksa penyelidikan dari orang yang menculik Azell kembali, dan mendapati istrinya tengah tertidur dengan posisi duduk menyandarkan kepalanya di sisi samping ranjang. 

Ludius baru saja masuk ke kamar Azell dan mendapati Silvia sedang tertidur pulas di samping Azell dengan posisi yang kurang nyaman. 

"Dasar istriku ini.. Sedang dal kondisi tidak stabil masih saja tidur dengan posisi yang tidak benar. Benar - benar istri yang ceroboh" gumam Ludius. Ia mengangkat Silvia dan membawanya kembali ke kamarnya untuk istirahat. 

Sampai di kamarnya Ludius membaringkan istrinya dengan perlahan agar tidak terbangun dari tidur pulasnya. Sebuah kecupan hangat melesat di kening Silvia. Bahkan Ludius dengan sengaja mencium Silvia saat itu juga. 

Karena sudah malam dan Ludius juga lelah seharian mengurus banyak hal. Ia melepas jas serta kemejanya dan melemparkannya ke sofa dan ikut berbaring di sisi Silvia dengan posisi tangan memeluk bagian perut istrinya. 

"Sudah hampir empat bulan umur kehamilanmu, Sayang. Setelah kondisimu dan Azell membaik, kita akan terbang kembali ke Indonesia untuk menyelenggarakan acara 4 bulanan di sana bersama keluargamu". Gumam Ludius dengan senyuman sebelum ia benar - benar memejamkan mata. 

***

>>>> Keesokan harinya. 

Pagi ini Silvia terbangun dari tidurnya. Begitu matanya terbuka, ia tersentak kaget melihat suaminya sudah ada di sisinya dengan keadaan setengah telanjang memeluk erat tubuh mungilnya. 

'Arrgh…Ya Tuhan.. Mengapa Kau memperlihatkan keindahan dunia yang tiada tara ini pada mataku di pagi hari ini? Apakah Kau sedang menghukumku karena sering mengabaikan suamiku? Tapi kan, aku sedang hamil..'. Batin Silvia,

Ia masih tidak bisa mengendalikan ke kagetannya hingga membuat hati dan perasaannya berdebar tak menentu. Rasanya bagai sebuah dentuman tak berirama namun terdengar sangat indah. 

Ah.. Sepagi ini hati sudah meracau tidak jelas karena melihat tubuh indah Ludius. 

Tapi memang indah… 

Bayangkan saja sebuah tubuh pria dengan bentuk kotak - kotak sempurna. Bagai pahatan yang sengaja Tuhan ukir untuk menjadikannya pria body sispek. Apalagi wajah dan tatapannya begitu dingin namun penuh perhatian. 

Wanita mana yang tidak mengidamkan suami seperti suami dari seorang Silvia Zhuan?! 

Lama Silvia memandang tubuh dan wajah tampan Ludius tanpa berkedip sedikitpun, hingga tanpa disadarinya, ternyata Ludius sudah lama terbangun dan memperhatikan tingkah istrinya. 

"Apa begitu menyenangkan memperhatikan tubuh dan wajah tampan suami mu ini, Sayang.  Kalau memang belum puas memandangnya, suamimu ini akan stay di sini sampai kamu puas memandang nya" kata Ludius begitu ia membuka mata dan menaruh perhatiannya langsung pada Silvia yang ada di sampingnya. 

Silvia membelalakkan matanya, ia merasakan kaget untuk kedua kalinya begitu melihat Ludius sudah bangun dari matanya.  "Apa - apaan sih kamu, Ludius!! Siapa juga yang sedang memperhatikan kamu. Tadi itu aku melihatmu tertidur tanpa memakai baju niatnya ingi membangunkanmu, tapi kamu sudah bangun duluan.. Ya sudah.. Aku mau ke bawah dulu untuk membantu Bibi Yun masak. Kau lanjutkan saja tidurmu". Kata Silvia ketus. 

Ia malu setengah mati kepergok tengah memperhatikan wajah dan tubuh suaminya. Karena sudah terlanjur ketahuan, demi menghindari perasaan dan wajahnya yang sudah merah bagai tomat merah, Silvia bergegas pergi dari sisi Ludius dengan alasan membantu Bibi Yun masak. 

Baru saja Silvia menuruni ranjang, Ludius beranjak dari tidurnya dan bersandar di dinding kasur. Ia menarik lengan Silvia dan memaksanya jatuh ke dalam pelukannya.

"Kamu mau pergi ke mana, Sayang? Bukannya kamu belum puas memandang tubuh suami, mu?". Kata Ludius dengan nada menggoda. 

Posisi Silvia saat ini masih duduk di atas pangkuan Ludius. Kedua matanya tanpa di sengaja memaksa dirinya untuk menatap Ludius, membuat Silvia juga heran sendiri dengan dirinya. 

"Selamat pagi, sayang.." sapa Ludius dengan senyuman. 

"Selamat pagi, suamiku.. Bisa kamu lepaskan aku. Ini sudah pagi dan aku harus membantu Bibi Yun  masuk." kata Silvia beralasan. 

Ia mencoba mengalihkan pandangannya untuk menghindari Ludius. Wajahnya sudah terlalu merah karena malu, namun bukannya Silvia bisa menghindar.. Ludius malah mencuri ciuman Silvia dengan segera dan cepat. 

Sebuah ciuman lembut penuh arti cinta dan kasih sayang serta kerinduan tenggelam dalam lumatan lembut yang ludius berikan. 

'Rindu.. Setiap detik ku merindukanmu suamiku.. Berharap kamu selalu mengingatku di setiap derup nafasmu. Aku yang menggila dan merindu padamu. Apakah kamu tahu itu..?', batin Silvia. 

Ciuman ini begitu melekat cukup lama di antara keduanya. Tidak ada hal yang bisa mengobati rasa rindu selain ciuman antara keduanya. 

"Sayang.. Jika kondisimu sudah stabil. Kita akan kembali ke Indonesia untuk merayakaan acara empat bulanan di sana. Bagaimana menurutmu, Sayang?" tanya Ludius begitu ia melepas ciumannya. 

Silvia menganggukkan kepalanya dengan senyum menawan.  "Uhm, aku harap kamu menepati janjimu, suamiku. Kita akan ke Indonesia dan menenui anak - anak panti disana".

Silvia sejenak bersandar di dada Ludius,  menerima sebuah belaian hangat pada surai rambut panjang  miliknya, seakan merasakan kembali saat - saat pertama kali jatuh cinta dan menjalin hubungan. 

"Sayang, bukankah kamu juga merindukan hal ini. Kita akhir - akhir ini jarang menghabiskan waktu  bersama. Aku janji, saat kita sudah tiba di Indonesia. Aku akan memberikan semua waktuku untuk kita".

Baru saja Silvia dan Ludius saling bersandar satu sama lain, dari arah pintu Bibi Yun mengetuk pelan dan masuk segera sebelum Ludius memperbolehkannya. 

"Tuan.. Nyonya.. Maaf mengganggu… Nona Shu tiba - tiba datang dengan marah - marah. Sepertinya dia sudah tahu kalau Tuan Muda Azell kemarin hilang." kata Bibi  Yun memberitahu. 

"Shashuang! Berani sekali dia membuat keributan sepagi ini!!" geram Ludius mendengar penuturan Bibi Yun. 

Author Note :

Hallo kakak readers semua di manapun kalian berada? bagaimana dengan bab kali ini? adakah yang bisa embun bantu. kalau ada  yang perlu di pertanyakan silahkan tulis di kolom komentar atau di review yah.. embun bakal lihat satu persatu kok kalau ada waktu senggang.

ngomong - ngomong soal novel nya embun, menurut kalian bagian mana yah yang nggak menarik atau perlu di revisi? biar embun telaah lagi dan perbaiki kedepannya. embun usahakan dengan sepenuh hati kok. soalnya embun juga masih sibuk di kekhidupan nyata.

ada salamsalam nih dari pemain Novelnya embun, salam  dari abang Lu, Silvia Zhuan, Longshang, Wangchu, Kakak Lian, Linzy abigail, Putri Nadia, Putri Emilia, Pangeran Richard.

kalau gitu, di tunggu kritik saran, Komentar, PS serta reviewnya dong. biar embun makin semangat ngetiknya. kalau bisa buka babnya pakai koin yah,,, biar embun dpt penghasilan walau dikit ttp di syukuri kok.

please  di tunggu komen kalian kakak readers

salam sayang dan cinta dari embuun